Kumpulan Puisi Ramadan Al Mubarak (152) oleh Sabahuddin Senin
Kumpulan Puisi Ramadan Al Mubarak (145)
Oleh Sabahuddin Senin
19 Jun 2018 9:09 PM
16 April 2019, 1:47 pm
3 Jun 2019, 4:15 pm
1 published
1.Meraih Samawi
Duduk menunggu
kembang bunga teratai
Tak akan dapat dipisahkan
laut dan gelombang
Malam mengadun mimpi
kata-kata bercanda
Kita pun siap
menyala api
dan membakar roti
Ramadan
kesabaran melangit
Aku berhempas pulas
meraih Samawi!
Brisbane
17 Ogos 2010
2. Sahur Ramadan
Menjelang sahur bumi bersiram langit merekah
hening Honiara diam-diam dikejutkan dari kelambu
udara tak terlalu dingin menusuk tulang-belulang
nyanyian hujan yang jatuh ke tanah penghibur lara.
Sudah selalu Ramadan Al Mubarak aku di tanah asing
kalau tidak di Tribute de Kanak jauh dari keriuhan
Noumea
aku pasti menemukan bumi dan langit baru yang
bersahabat
di Guadalcanal ini Medana pernah membuktikan mimpinya.
Aku tak pernah mengeluh sahur sendiri atau bersama
teman
ketika aku mengunyah sebutir nasi dan menghirup kopi
jauh di lubuk hati semangat Ramadan kubawa ke
mana-mana
hanya bau dan lingkungan barangkali mengumpan ingatan.
Ya Rabbul Alamen, aku semankin merasa kehadziran-Mu
bukan hanya hamparan permaidani kata-kata yang
terpilih
tapi mimpi-mimpi benar yang menyejuk matahati yang
ingin
ke mana pun aku memandang Engkau ada di mana-mana.
Honiara
13 Ogos 2010
3. Ramadan Al Mubarak 2010
Ketika menjelang Ramadan
dipasang lilin di serambi
angin laut bertiup lembut
suara tilawat ketenangan malam..
Tenang langit dalam zikir
bumi terasa sejuk nyaman
wajah mukhlis manis senyum
melamar mutaki di awal syawal.
Bangun sahur ditunggu iftari
anak manja ketiduran di pojokan
terasa lemah selera setinggi langit
duduk bersila menunggu azan muazin.
Selepas Isha solat terawi
Ramadan pintu meraih-Mu
siang dijalani hidup takwa
malam tiba melafaz zikir Ilahi.
Honiara
11 Ogos 2010
4. Menjelang Ramadan
Hujan pun turun mendinginkan hangat bumi
Setahun terasa lembah kemarau
Kedatanganmu menukar wajah lesu
Menjadi taman sungai mengalir.
Inilah malam-malam berkat bertasbih
Tangis doa tahajud langit menyahut
Ya Rabbi, aku sujud istighafar
Kutebus dosa-dosa yang melekat
Gerimis langit merembes masuk
Membawa khabar suka.
Aduhai, manisku,
Biar kupeluk satu malam purnama
Dari ribuan malam gerhana
Tanda-tanda cahaya semerbak
Gemerlap di puncak samawi.
Honiara
9 Ogos 2010
5. Mendekati Ramadan
Seperti melihat
sekilas cahaya
di kejauhan
menyerap ke dalam
hari
dan pasti.
Taman-taman
hidup
membalas
panggilan itu
alam terjaga
lautan tenang
gunung meresap
hadirnya siang.
Aku menunggu
alis anak bulan
di ufuk langit
sedangkan
dinding sukma
menjadi sangat peka
dalam peralihan
waktu
lalu aku suka berkemas
air
mulai pasang
pelayaran akan mulai.
Canberra
12 Julai 2012
6. Ramadan 2012, Ditunggu
Ramadan 2012
ditunggu dalam
doa musafir.
Aku menyelusur
daerah-daerah rawan
di dalam sukma.
Telah berapa
purnama genap
ketika tersedar
gelombang telah
jauh membawa
ke sepi terasing.
Dalam tenang
aku melihat
otot-otot
mulai mengendur
dan langkah kaki
bergerak lambat
dan perlahan
jangkauannya
tapi degup jantung
masih cergas dan siaga.
Canberra
14 Julai 2012
7. Salam Ramadan
Setiap hari begitu banyak
kata-kata terhambur
seperti kulit beras
berserak di hamparan
semakin hampir
kelazatan dunia
tertahan di halkum
sedangkan nafas
kendur dalam
bunyi mendatar.
Malam itu akan tiba
bual pun berkurang
aku mengisi
kata-kata dan kalimat
dalam sebutan
paling manis
dan merendah
terpanggil memberi
salam Ramadan
pada setiap pintu.
Canberra
16 Julai 2012
8. Kasih Ramadan
Ramadan
masuk ke dalam sukma
aku kehausan
turunlah hujan semi
biarkan sekujur
badan ini basah.
Aku memang
kekasih tak sempurna
kekadang terdawat
terlanjur dan terkata.
Dalam remang malam
kebaikan sedikit
menjadi sekelip cahaya
jalan terang kepada-Mu..
Aku telah mengalih
dari memandangmu
kerana di sini
hanya Ia didengar
Ramadan mubarak.
Canberra
16 Julai 2012
9. Ramadan, Ramadan 2012
Ramadan, Ramadan
disebut berulangkali
manis madu di hujung lidah
selalu ditunggu.
Ramadan, Ramadan
datanglah tamu samawi
salam terucap
doa mengalir
tilawat sempurna.
Ramadan, Ramadan
berdiri saf
malam-malam tarawih
daras Al Qur'an
salat tahajud
sahur dan iftar bersama.
Ramadan, Ramadan
malaikat turun
ditunggu malam
lailatul qadar.
Ramadan, Ramadan
datangmu pelega
rindu bahagia.
Canberra
17 Julai 2012
10. Menjelang awal Ramadan
Menjelang awal Ramadan
ketika senja telah berundur
masuk ke dalam kelam
langit pun berisyarat
tiap mata berhisab
kelahiran disambut
doa-doa kesyukuran.
Wajah-wajah anak
duduk berkumpul
memasang lilin
turut meraih datang
bulan Ramadan
menunggu tarawih.
Hening lorong-lorong malam
langkah-langkah kaki suci
masjid harum ibadat
teralas sajadah
di penjuru itikap.
Lembut dan sentuhan
malaikat
tiap kucup di kening
harum bulan Ramadan.
Ya Rabbi,
kerana aku masih di sini
dan menyeru nama-Mu.
Canberra
17 Julai 2012
11. Cahaya Ramadan
didambakan Ramadan
mengalir dalam tubuh
dan membawamu ke lautan
pulau desa kenari.
pada dirimu
ditemukan pengorbanan
dalam takaran waktu.
dalam menyedut
dan meresapkan
lalu melafazkan
teratur.
ketika aku membaca
kata bersambut
tujuh kalimat itu
kau membalas, amen.'
Canberra
17 Julai 2012
12. Hadir Ramadan
Sari hari
bulan Ramadan
hawa panas mencair
mata meredup
mubayyin
melafazkan iqra
aku terpanggil
di tanah rela
rimba zikir
lautan tenang
di wajahmu
janji samawi
pohon iman
tunjangnya
mencengkam
ke bumi.
Canberra
17 Julai 2012
13. Sehari Ramadan Al Mubarak
Siang tersingkap perlahan
mata setengah mengerdip
melihat alam maya.
Telinga
mendengar keramaian siang.
Mulut berkata
selain zikir mengingat Allah.
Tiada Tuhan selain Allah
Muhammad Rasulullah.
Selangkah
mentari condong ke barat
turun di horizon.
Subhanallah wa bi-hamdihi
subhanallah al-azim.
Malaikat turun
ke dalam setiap hati
dan nazam kebaikan.
Dijauhkan kegelapan
kegelisahan berselindung.
Sesaat dalam Ramadan
bagaikan bernafas ribuan tahun
Ramadan, Ramadan
air bening di tengah musim kering
menghirupnya tak akan pernah puas.
Honiara
25 July 2012
14. Ramadan Hujan Semi
Nenek tua sendirian di serambi
musafir di persimpangan jalan
pesakit di ranjang gelisah
keringat anak yatim menitis
di riuh kota dan hujung desa
di longgokan sampah
mereka masih menggali
pelarian mengintip malam
gempa perang bergolak
pada gelora lautan
pagar sempadan remuk
pulau tenggelam.
Malam kehilangan mimpi
maut menyergap
kedamaian dalam
udara menipis
langit jerebu
benih yang disemai
tak menumbuh.
Ramadan al Mubarak membawa
hujan semi turun di daerah-daerah rawan
dan serata pelosok bumi
kalian tak akan dilupakan.
Honiara
31 Julai 2012
15. Ramadan Bergenang
Ramadan
tiap gerak dan bunyi
tiap riak di kolam
bergenang di langit tawajuh.
Ramadan
di daerah-daerah jerebu perang
menjadi buruan
di pergunungan jauh
sampai ke sempadan.
Honiara
1 Ogos 2012
16. Mengapaimu Ramadan 2012
Cahaya Ramadan turun
ibu tua di anjung
jiwanya tetap segar
sekalipun otot-ototnya melemah
kekadang hp berbunyi
suara rindu dari jauh.
Berkali-kali
matanya mengiyakan
lidahnya bersyukur.
‘aku mengapaimu.
sekalipun dengan fidiya.’
Ramadan Al Mubarak
hadir di nadinya
mengalir tenang
dalam pembuluh darahnya.
Terasa kakinya melayang
matanya semakin tak awas
dingin berselindung di pojok
paru-parunya.
Ramadan Al Mubarak
kedatanganmu
dirindukan.
Honiara
3 Ogos 2012
17. Menjelang Ramadan Al Mubarak, Julai 2013
Ramadan Al Mubarak
kerinduan ini semakin hampir.
Pintu-Mu terbuka luas dan anak
tangga ke langit samawi berlapis-lapis
itu mengundang dan memanggilku.
Aku menunggumu seperti anak
kecil, sekejap duduk dan sekejap
berdiri, melihat jauh di kaki harizon.
Tenang dan cemas, mengintipmu
dengan penuh harapan.
Di sini aku membaca langit peribumi
gerak gelombang, dan pulau-pulau mutiara,
hutan jati dan mata air yang mengalir
menjadi air terjun lalu menemukan
muara dan lautan samudera.
Di tanah air ini, aku akan mendakapmu
Ramadan Al Mubarak, setelah bertahun-
tahun, di tanah asing. Aku merindukanmu.
Kota Kinabalu
8 Julai 2013
18. Datanglah Ramadan Al Mubarak 2013
Ya Rabbi, datanglah Ramadan Al Mubarak
kami mendambakan sukma ini seperti air
lembut dan tenang, mengalir sampai jauh
ke pelosok-pelosok pulau sepi atau desa
yang terpencil. Semangat Ramadan Al
Mubarak ini tak pernah dikalahkan.
Aku melihat saudara semakin tersinggir
jauh, kelaparan dan bunyi gendang perutmu
semakin tak tertahan. Begitu kuat seperti
petir di angkasa raya, jauh di khutub dan
ufuk, penderitaanmu melebar seperti
sungai yang menghakis tebing sepanjang
tahun.
Ada mata tapi segaja tak melihat kehadiranmu
ada telinga segaja tak mendengar runtuhan
tiang sukmamu. Ini bukan terlepas pandang,
kau segaja mendirikan tembok dan tembok itu
semakin tinggi dan tak terjangkau. Mengapa?
Kata-katamu bukan kasih sayang dan kehadiranmu
bukan malaikat yang menghulurkan tangan
kau terus mencipta oasis di halaman rumahmu
dan pelarangan kepada orang kecil. Kemiskinan itu
bukan warisan orang kecil di lorong bau longkang
atau di tanah pengasingan di desa tompokan sampah.
Kau tak akan boleh menguburkan mereka di
tanah jerebu dan melupakan, sekarang atau bila-bila.
Kalau kau kehilangan rasa atau sukmamu liat dan
setelah bertahun-tahun kau hilang rasa dan peduli
lalu menjadi orang kasar dan kembali menjadi tanah
liat.
Datanglah, datanglah Ramadan Al Mubarak
kami membutuhkan semangat dan kesucian
bulan kemenangan Ramadan Al Mubarak.
Bebaskanlah kami dari serakah dan dunia
yang merangsang.
Kota Kinabalu
8 Julai 2013
*Tersiar Di Utusan Borneo 4 Ogos 2013
19. Salam Ramadan Al Mubarak Buat Saudaraku di Tanah Gayo
Aku mengirim salam Ramadan Al Mubarak
kepadamu, sekalipun kita terpisah oleh
lautan samudera dan tanah Gayo, tapi
sukma ini tanpa sempadan yang memisah.
Kau adalah bangsa yang tak pernah kendur
ujian datang silih berganti dan kau tetap
tak berganjak.
Udara Gayo masih menitipkan harapan
tanah gemburmu masih membuahkan
mimpi pada petanimu. Ketenangan lautmu
adalah kedamaianyang didambakan.
Sekali ujian datang, kau tak akan
menyerah dan membuang pandangan
mata sukmamu tetap melihat
langit dan bumimu tanpa berkerdip
dan menunduk.
Salam Ramadan Al Mubarak
buat saudaraku di tanah Gayo.
Ketenangan dan kedamaian
di malam-malam bulan suci
pada siang sepanjang bulan
akan terus mengusik sukmamu
berdoa panjang dengan air mata.
Saudaraku di tanah Gayo
semangat hidupmu tak akan padam
jiwa seluas benua dan langit musim bunga.
Kota Kinabalu
8 Julai 2013
*Tersiar Di Utusan Borneo 4 Ogos 2013
20. Ramadan Al Mubarak Dan Jiwa Yang Tenteram
Langit Ramadan turun
anak bulan muncul
kami berdiri saf pertama
selepas salat Isha.
Tiap ucap mengalir tertib
dari sukma yang bersih
Zikirullah di lidah.
Aduhai jiwa yang tenteram
tiada ketakutan dan tiada
keributan yang membuahkan
pemberontakan di bulan suci.
Ya Rabbi, pelihara kami.
Kami adalah orang yang
bersujud. Lindungilah masjid
kami, dari orang-orang khianat,
yang menciptakan huru-hara
merayau membuat angkara
dan menabur bibit-bibit
derhaka lalu mengaku orang
beriman.
Ramadan Al Mubarak
tiada dalam satu saat pun
kami menjauh dan melupakan-Mu.
Kota Kinabalu
8 Julai 2013
*Tersiar Di Utusan Borneo 4 Ogos 2013
*Panel Hadiah Sastera Sabah 2012/2013 telah memilih
karya ini sebagai penerima Hadiah Sastera Sabah 2012/2013 bagi Kategori Puisi.
Majlis Penyampaian Hadiah Sastera Sabah 2012/2013 disempurnakan oleh Tuan Yang
TerutamaYang di-Pertuan Negeri Sabah pada 14 November 2014, 7.00 malam, di
Hotel Grand Ballroom, 1Borneo, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
21. Ramadan Al Mubarak
Tiada yang terindah datangnya
Ramadan Al Mubarak
di langit juita memandang
anak bulan, terasa lembut.
Inilah malam-malam penantian
doa kesyukuran kerana kami
berada dalam bulan penuh barkat
di tanah peribumi.
Aku mencium harum
Kenanga dan Melati menjelang
malam pertama. Berilah kami
kekuatan mendekati-Mu.
Ya Rabbi, kekurangan kami
bukan penghalang meraih
kasih-sayang-Mu. Kami
datang dengan kepala menunduk
zikirullah bermula dari sukma
dan menyerap ke dalam serambi
darah ke seluruh tubuh.
Salam Ramadan Al Mubarak
kepada saudaraku, di tanah
dendam dan kemarahan
menimbus segala kebaikan.
Salam Ramadan Al Mubarak
kepda saudaraku, yang masih
bergelut dalam kemiskinan
dan kelaparan yang menekan
perutmu sampai kau tak terasa
kelaparanmu.
Salam Ramadan Al Mubarak
kepada saudaraku yang
mendahului dunia dan melupakan
anak bulan telah menjelma
di langit samawi, begitu indah.
Salam Ramadan dan Al Mubarak
kepada saudaraku yang berpergian
di lautan mana, langit mana dan bumi
mana mencari keredahan-Mu.
Perjuangan Dawat-i-Ilahi sampai
ke hujung tanpa berhenti.
Langit-Mu selalu dingin
di malam solat tarawih
berdiri seorang Hafiz Quran
memimpin solat, membaca
ayat-ayat-Mu, perlahan, lembut
dan jelas. O jiwa kami
yang tenteram, berdiri,
ruku dan sujud dengan
barisan para malaikat.
Gerimis di tanah sukma
bagaimana kami bisa menjauh
sedang tangan-Mu memimpin
tangan-tangan dan sukma kami.
Salam Ramadan Al Mubarak
Salam Ramadan Al Mubarak
Salam Ramadan Al Mubarak
Lailahaillallah Muhammadur-Rasulullah.
Kota Kinabalu
9 Julai 2013
22. Tarawih Malam Bulan Pertama Ramadan Al Mubarak
Merah di kaki langit beransur pudar
perlahan-lahan warna gelap menyerap
dan sekeliling pun menjadi gelap.
Maghrib telah pun berlalu. Yang pasti
malam ini adalah malam penuh barkat
setiap sudut mata memandang, yang
dilihat adalah para malaikat berpapasan
dan salam terucap.
Aku menunggu solat Isyak, azan
berkumandang dari masjid di tanah
wakaf. Memanggilmu, dengan kasih-
sayang.
Air wudhu telah diambil. Kini kami
menunggu imam berdiri dan memberi
isyarat. Solat Isyak dimulai. Takbir
telah ucapkan. Kami memulai solat
saf demi saf, kami mengikut imam
sampai salam terakhir.
Hujan turun di kotaraya kini telah
berhenti. Langit selepas hujan, di
malam pertama solat Tarawih.
Rakaat demi rakaat, jemaah berdiri
tekun dan mengikuti bacaan Hafiz
Quran, hingga ke sembahyang witir.
Malam bergerak perlahan dan kami
menikmati keindahan malam Tarawih
menyerap ke dalam sukma. Kerinduan
kami terasa terubat. Hadir di malam
pertama bulan Ramadan Al Mubarak
ini, adalah pembuka langkah pada
pengembaraan rohani menyambut
panggilan-Mu.
Kami mendengar Tuan Maulana
memberikan daras tentang puasa.
Kami pendengar baik dalam 30
malam mendatang ini.
Kepada-Mu segala puji
kami di sini di bumi peribumi
menjawab panggilan-Mu
dalam ibadat Puasa.
Kota Kinabalu
10 Julai 2013
23. Catatan Ramadan Al Mubarak
Siang bergerak ke arah senja
bulan Ramadan Al Mubarak.
Hujan gerimis di
perbukitan hijau
yang tinggal sedikit.
Aku mengucap
salam dan salawat
dan berpegang
erat pada-Mu.
Ramadan Al Mubarak
di tanah peribumi
tak ingin aku lepaskan.
Kota Kinabalu
10 Julai 2013
24. Gerak-Gerak Langit Ramadan
Khutba pertama dalam Ramadan
aku duduk bersama saudara-saudara
mendengar khutbamu bagai air mengalir
dari pergunungan tinggi. Aku menyerap
semua kalimat-kalimatmu,
Katamu, Ya, Maulana,
tanpa ruh Ramadan di dalam sukmamu
seperti kau masih terus membelenggu
dirimu dari kejahatan-kejahatan bersayap.
Aku separuh memejam mata
sesekali menghirup udara dalam
dan melepaskan seperti udara
di luar, tanpa bau dan jernih.
Dapat kubayangkan pokok Sidrah
berdaun lebat, sempadan yang menghala
ke langit samawi.
Jibrail dengan 600 kepaknya,
dan langit turun memperingatkan
kumpulan doa-doa yang sarat
dan kelazatan yang tak pernah puas.
Aku membayangkan Kekasih-Mu,
Ya, Rabbi, ketika ketemu Musa
memperingatkan kaumnya yang
lemah dalam solat lalu Kekasih-Mu
mengetuk pintu berulang kali,
ketika tinggal 5 kali sehari, itupun
Musa masih menasihatkan Rasulullah,
tapi ketika Rasulullah menjawab,
'Aku merasa malu, menghadap Tuhan
mengurangi dari 5.'
Ya Rabbi, di malam tenang
bulan Ramadan ini, aku membolak-
balik diri ini dalam teropong yang
bisa menembusi sukma ini. Aduhai,
tanah liat ini jadilah tanah gembur
yang lembab dan cukup dengan
takaran air hujan yang menitis
dari langit samawi.
Kota Kinabalu
13 Julai 2013
25. Ramadan Al Mubarak Buat Saudaraku Yang Sakit Dan
Uzur.
Ramadan datang dengan senyum
Jibrail menjabat tanganmu
malam tarawih, aku minum
dan tak pernah puas seperti
mencicip air Nil dan Euphrates.
Aku melihat alis mata
di langit Ramadan
perlahan dan mengembang.
Kami duduk dan
bersalaman. Naluri ini
selalu terpanggil, di mana
saudaraku yang selalu
duduk di belakang dan
di sudut yang terlindung.
Wajahnya pucat dan lesu
bertahi mata dan perutnya
penuh angin dan memaksakan
tidur malamnya dalam kedinginan.
Sukma ini gundah dan meraung
mengingati mereka adalah
pelita-pelita malaikat berjalan
dari lorong ke lorong, dari
lembah dan gurun bertamu
dan mengucapkan salam
pada penghuni-penghuninya.
Kau adalah saudara bukan sehari
tapi setiap siang membuka tirainya
sejuta tahun mendatang.
Aku mencarimu pada bulan
pada gemerlapan bintang
atau terik mentari pada siang
hari, atau pada gua-gua gelap
yang tak pernah dikunjungi.
Namamu kusebut kerana di sini
tak akan sempurna tanpa kehadiranmu.
Hakmu tak akan pernah
ditimbus atau dilupa-lupakan.
Ketika jurang ini makin melebar
kita terlalai membina jembatan
dan tangan tempat bertaut, baring
tak beralas dan tidur tak berbumbung.
Apa lagi mengucap salam atau
mengelus-gelus kepala anak-yatim
piatu apa lagi mencium dahinya.
Tak perlu bahasa yang berselindung
atau berpura-pura dalam menyatakan
kebenaran. Tak perlu malu duduk
dan makan bersama dengan mereka.
Bahasa yang dipakai adalah bahasa
yang mudah dan sederhana, Biar ini
menjadi bahasa yang dapat kita mengerti
bersama. Yang duduk di rimbunan hijau
atau berumah di tepi longkang kota
atau desa terpencil ditinggal-tinggalkan.
Di bulan Ramadan ini
aku mengenangmu dan
mendoakanmu, kemuliaan sejagat
adalah dokongan pada kemanusiaan
yang tersanjung dan dilindungi.
Biar Ramadan ini, aku akan datang
kepadamu sebiji buah dan segelas
bubur kacang. Di tanah peribumi ini
kita terus mengemburnya menjadi
tanah kasih-sayang yang abadi.
Tiada yang terdera atau menderita
Tiada kelaparan dan kemiskinan
tanpa berbuat dan melaksanakan
sekalipun kebaikan itu hanya
sebutir nasi dan segelas air sejuk.
Ruh Ramadan dalam sukmamu
biarkan ia hidup dan tak akan padam.
Sejuta janji lebih baik sekecil kebaikan
tapi dilakukan. Dan Turun ke lapangan
dan tidak menunggu.
Ya Rabbi, pada-Mu
kami kembali dengan ruh
Ramadan Al Mubarak
dan dunia ini adalah
bayang-bayang kelelahan
dan terseret ke sana ke mari.
Kota Kinabalu
13 Julai 2013
26. Salam Ramadan, Salam Buatmu
Menumu sederhana nasi bungkus
atau roti kosong air paip di atas lantai
semen di sebuah kota bulan puasa.
Di tanah kampung dan di desa
pinggir kota dan rumah pangsa
kelaparan, kemiskinan, penyakitan
telah menjadi satu. Tanpa halaman
tanpa sempadan dan tanpa impian.
Ada seorang perempuan PTI
duduk di pinggir jalan dan
mengulang-ulang doa, Al Fatiha.
Orang lalu-lalang tak ambil peduli
kerana sekarang hampir waktu
berbuka puasa, nanti telat pulang
ke rumah.
Di hotel lima bintang berbuka puasa
mereka berbaju melayu dan
bersongkok kemas. Isteri-isteri
memakai baju berwarna-warni
dan memakai kerudung yang
baru dibeli dan mahal.
Di atas meja panjang di kotaraya
Banquet indah dan cartering
lengkap dengan pelayan, makanan
terbaik oleh chef terkenal di tanah air
Waktu berbuka panjang.
Bulan Puasa suci Ramadan
tidakkah kau lihat jiran di sebelah
sepi dan dapurnya tak berasap
tapi, tak pernah ditanyakan
dan apa lagi memberi salam.
Sepi telah lama terkurung
di kamar-kamar warga emas,
pesakit dari tanah jauh
musafir yang terkandas
dan wajah-wajah samar
rumah kongsi
hanyut menjadi hampasan
di pinggir tanah pantai.
Jurangmu semakin melebar
saban hari tanah tebing runtuh
kau, orang miskin seperti berdiri
di tanah seberang pulau sepi
menghadang ke lautan luas
dan suaramu jauh dan kecil.
Dan gemanya tak sampai di
gendang telinga atau di tanah
daratan.
Salam Ramadan Al Mubarak
salam kemenangan, tiada yang
dipinggirkan atau dilupakan.
Kota Kinabalu
14 Julai 2013
*PTI- Pendatang Tanpa Izin
27. Ramadan Al Mubarak Kami Di Sini
Mentari termampan sejak pagi
langit mendung tebal
bot-bot masih terus membawa penumpang
Kota ini masih bernafas
dalam bulan Ramadan.
Aku masih merasakan perubahan waktu
perubahan tubuh dan sukma ini
dan cahaya senja mulai nampak
pada langit.
Masuklah, ruh Ramadan
pintu sukma ini terbuka luas.
indera ini masih bereaksi
sentuhan air pada wajah
lidah yang mencicip
mata yang memandang
telinga yang mendengar
dan mimpi-mimpi benar.
Langit menurunkan firasat dan kasyaf
seperti hujan datang dalam
segala musim tanpa merosakkan
panen dan tanaman.
Kalau ada yang kudambakan
biarkan aku hadir tiap Ramadan tiba
dan berteduh di bawah pohon Sidrah
berdaun lebar lalu melangkah dan
melangkah, tak pernah penat
dan lapar.
Siang di negeri Khaltulistiwa
hujan turun, waktu sungkai
mendekati ambang pintu.
Orang kota terburu-buru pulang
aku melihat kotaraya dan pulau
di pinggir kota, berendam dalam air,
seperti mensucikan sukmanya
setelah ia sedari dulu ia hanya
tanah berbatu di pinggir laut.
Kota Kinabalu
15 Julai 2013
28. Menjelang Sungkai Ramadan Al Mubarak
Aku mulai dengan kata rindu padamu, mama
aku telah di sini, di tanah peribumi ini
tapi kita masih terpisah.
Sempadan telah memisahkan kita
halaman telah mengurungmu,
malam-malam bulan ramadan
aku mencari suara dan batuk-batuk kecil
atau suara yang menyebut nama
timanganku ketika aku membuka pintu
dan masuk ke dalam.
Ketika aku kehilangan arah
dan sendi-sendi ini melemah
kau mendorong dengan kata-kata
dan otot-ototmu selalu menjadi
tunjangan dan pasak.
Kau selalu tak meminta
tapi ringan memberi dengan
suara merendah. Untung,
aku punya langit dan bumi
yang selalu sayang.
Ya Rabbi, terima kasih
kerana aku masih punya seorang ibu
pada Ramadan Al Mubarak, 2013.
Kota Kinabalu
15 Julai 2013
29. Renungan Sebuah Naratif Dalam Bulan Ramadan Al
Mubarak
Tiap orang ada rahsianya. Tiap rahsia ada
yang boleh dikongsikan dan ada yang tak
boleh dikongsikan. Tiap kata dan janji minta
ditepati, ada janji hanya hiasan pertemuan
dan manisan mulut. Tiap orang inginkan
kebaikan sekalipun kecil tapi melaksanakan
yang kecil itu harus dimulai dari zero dulu.
Lalu melangkah ke nombor satu. Tiap orang
pandai memberi nasihat tapi diri sendiri kurang
mendengar nasihat berguna.
Tiap yang dirancang ada tarikh tutupnya, bukan?
tapi kita masih mau tawar-menawar. Tiap orang
punya impian, kebanyakan impian seperti sepasang
kasut yang dilemparkan di kawat letrik, untuk dilihat
dan sebagai barang 'permainan tontonan.' Tiap sukma
merasai tiap sentuhan atau getaran dan gelombang
kekadang pintu sukmanya belum atau lambat terbuka.
Tiap orang tua punya keinginan dan kesempurnaan
pada anak dan masa depannya. Tapi setelah waktu
berjalan, mimpinya bagai kaca pecah berhamburan
di atas lantai. Tiap orang ada keinginan berkorban
dan ikut berjuang tapi menaruh sempadan dan hadnya.
Bukankan pengorban itu harus bermula dari suatu
titik
dan dari sana kita selalu siap diuji dan siap untuk
mengambil keputusan dan melangkah.
Dan kita harus mencabut lalang yang tumbuh meliar
menutupi benih kebaikan yang tumbuh di tanah gembur,
mendapat hujan dan bermandikan cahaya mentari.
Memang Tuhan menolong navigasi kita sampai ke tempat
tujuan, di dermaga langit samawi.
Kota Kinabalu
16 Julai 2013
30. Bunyi Hujan Di Siang Ramadan
Ya, Maulana aku mendengar
mataku separuh terpejam bukan tertidur
satu demi satu kata-kata darasmu
bagai air bening turun ke dalam sukma.
Aku menanggapimu sederhana
sekalipun begitu impian ini jauh
sampai ke galaksi Kekasih.
Bukankah solat adalah navigasi sempurna
ke dermaga langit samawi, taman Firdaus?
Kau telah membuka jalan dan aku tak
berganjak dari navigasi ini menuju-Mu.
Di cekrawala ini sekalipun kekadang
tersasar ke kiri, terluncur ke kanan
dan mengelak komet yang datang.
Tapi ia tetap terpelihara dan terlindung.
Kota Kinabalu
16 Julai 2013.
31. Doa Ramadan Buat Saudara Dan Tanah Gayo
Ya Rabbi, sekalipun aku menutup mata
dan pura-pura bersenda gurau tapi sukma
ini masih berdegup.
Aku terlalu kerdil di depan mimbar-Mu
banyak rahsia malam yang tak tersingkap
gempa pada suatu siang menggelapkan
sebuah mimpi.
Tanah Gayo, kuhulur tangan penyair
sekalipun hanya kata-kata kasih-sayang
kau tak akan hilang dalam doa-doa
Ramadan Al Mubarak.
Ketika duduk bersungkai
meneguk air dan menelan nasi
gempa di Tanah Gayo
jerebu di langit dan tanah Nile.
mimpi gerun di tanah gempa.
Hujan masih turun
tanah runtuh meratakan rumah
pemukim di kaki bukit.
Deklamasi puisi ini tak seberapa
apa lagi membebaskan deritamu
ujian tindih-menindih
tapi kau tak pernah mengalah
dalam hidup.
Tanah Gayo dan penduduk Gayo
salam Ramadan, salam Ramadan
Kota Kinabalu
16 Julai 2013
32. Melihat Rembulan Dalam Bulan Ramadan
Alam selalu peka
dan langit mengirimkan
gelombang
ke dalam sukmamu.
Aku melihat rembulan
keindahannya telah lama
menakluki alam sejagat
dan dirimu.
Aku menyapa siang
kelangsungan hidup
ruh pada air mengalir.
Kata-kata turun
menggerakkan
sebuah harapan.
Kota Kinabalu
17 Julai 2013
33. Sehari Dalam Ramadan
Solat tarawih telah selesai
ada yang pulang dan ada yang
duduk bercerita tentang doa dan
solat.
Tea susu dan roti kering
meluruskan kaki dan melegakan
tekak. Hujan telah berhenti
langit tenang dan laut tak berombak.
Tadi pagi hujan angin
menumbangkan pohon-pohon
kayu di sepanjang jalan.
Setelah sungkai, senja di kaki langit
berubah perlahan-lahan menjadi gelap.
solat maghrib di masjid
saf demi saf membentuk garis
lurus hingga ke belakang.
Kami duduk-duduk, berbual ringan
menunggu datangnya solat isyak
pada mata tampak satu perjuangan
pada tubuh adalah tanda dan semangat
ruh Ramadan Al Mubarak
dalam sukmamu.
Malam memberat dan melunsur.
Nafas langit turun naik dan bumi
hamparan empuk berehat
hingga datang waktu solat tahajjud dan
sahur, hidangan sederhana.
Cahaya fajar di
langit malam, muazin menarik nafas
dan mengendurnya dalam tekanan
sederhana memanggilmu, solat.
Kuserap udara pagi Ramadan.
Kubaca kalimat-Mu. Kedamaian
di puncak gunung. Ketenangan
lautan ketika mentari siang membuka
kepaknya.
Salam, salam Ramadan Al Mubarak.
Kota Kinabalu
17 Julai 2013
34. Saat Sebelum Sungkai Ramadan
Kami menunggu sabar
di tanah wakaf di pinggir jalan.
Waktu menunggu seperti meninggalkan
negeri jauh kini mulai merapati
dermaga. Anak-anak kapal mulai
sibuk dan penumpang-penumpang
berdiri bergegas, perlahan-lahan
ke pintu keluar, lalu turun ke pelabuhan.
Aduhai ketenangan menunggu
bersungkai. Tukang bang telahpun
mengambil wudhu, berkumur-kumur,
menyapu mukanya, lenggan ke siku,
dan kaki. Air mengalir dari hujung
tumitnya. Langit bergerak bertukar warna
seperti tafsiran seorang pelukis
di waktu senja. Merah sirkah.
Tukang bang memasuki ruang
tengah solat. Tiap mata dan telinga
mengikuti setiap gerak dan lakunya.
Kami masih menunggu pada kalimat
pertama.
Aduhai sukma, selangkah lagi kau
akan berada di daratan dan menghirup
udara. Kau adalah penumpang yang
mengakhiri perjalananmu hari ini.
Tukang bang merapati corong pembesar
suara, mengangkat kedua tangannya ke aras
telinga. Lalu ia mengumandangkan azan
seperti satu suntikan pada kami
yang menunggu.
Allah-u-akhbar, Allah-u-akhbar.
Waktu sungkai telah mula. Tukang bang
baru saja selesai azan, para malaikat
turun dari langit, sungkai bersama ummah.
Kota Kinabalu
17 Julai 2013
35. Perjalanan Sukma Dalam Bulan Ramadan
Memandang rembulan
malam-malam Ramadan
langit penuh rahsia dalam
tidur dan terbangun. Tiap
gerak lafaz memanggil-Mu
ketika aku memejam mata
dunia pun lesap, aku mulai
menggembara ke wilayah-Mu.
Aku mendengar suara memanggil
lalu masuk ke dalam sebuah kamar
cahaya jatuh di lantai dari bumbung.
Diri pun bergerak dalam cahaya,
memisahkan yang gelap.
Yang gelap itu berbeda dengan
kebenaran. Cahaya memisahkan
terang dan gelap.
Ke dalam gelap, gerhana bulan
dan mentari. dalam terang,
rembulan purnama.
Kota Kinabalu
18 Julai 2013
36. Ibu Tua Di Hari-hari Bulan Ramadan
Ramadan Al Mubarak
Mentari siang bergerak
dan melontarkan salam.
Rembulan kembang kenanga
malaikat menemanimu
di malam-malam tahajjud.
Ada seorang ibu tua
yang tekun berhari-hari di bulan puasa
ia duduk sepagian, kekadang sepetangan
atau semalaman rimbun.
Mata tuanya tekun
walaupun benang dan jarum
ketika terputus mengambil masa.
Ibu tua menjahit baju baru
dengan mesin tangan.
Kekadang ia menggunakan
tangan menjahit, duduk sendiri.
Ibu tua mengira-gira
tangannya, hari ini jatuh
hari ke berapa
Ramadan suci. Sesekali ia
berhenti seperti ingin melihat
rumah jirannya.
Ibu tua nekad dan berdoa
beberapa hari sebelum menjelang
pagi raya yang ditunggu-tunggu
ia dapat menyerahkan sepasang
baju kurung corak pecah bunga biru
sepasang baju melayu kepada
anak jiran sebelah.
Setiap jahitannya dilakukan
dengan hati-hati dan kasih-sayang
Ibu tua ini berdoa, semoga ia dapat
menyelesaikan jahitannya dan melihat
anak-anak itu tersenyum dan gembira
di pagi raya Ramadan Al Mubarak.
Kota Kinabalu
19 Julai 2013
37. Perbualan
Terkait Dalam Bulan Ramadan
Drebar bus mini tak sabar memberitahu
angin kencang pada petang ini
entah, jam berapa?
Langit mendung, di pelabuhan
banyak kapal-kapal ikan berlabuh.
Bazaar Ramadan masih sibuk
menarik pelanggan.
Hari ini Jumaat dan bulan puasa
tapi orang masih bersenda gurau
sampai kehabisan nafas.
"Kalau panggilan dah sampai,
tak ada tolak-menolak minta di
belakangkan giliran."
Seorang teman mengurus anak angkat
setelah bersusah payah beralih tangan
debaran jantungnya pula bimbang
anak itu nantinya bin Abdullah.
Aku menelefonmu
kalau boleh bertemu sebagai
sanak-saudara sudah lama tak bertemu.
Tapi kau mengulang tanya dari mana
kau dapat nombor telefon ini.
Aku menyebut nama yang mungkin
dapat mengikat perbualan kita di masa
depan.
Kota Kinabalu
19 Julai 2013
38. Bulan Qamar Malam Ramadan
Malam ini hujan turun lebat
tapi mata ini masih belum mau tidur
Tarawih telah lama selesai
Ada yang tidur dan terbangun
menjelang sahur.
Bulan Qamar seperti mendaki
langit Ramadan. Sedang yang
lain memburu mimpi, aku
mengenangmu, mama.
Kuda semberani dan Gazelku
masih cergas di lembah dataran
hijau. Usah kau bimbang, aku
tak akan membiarkan arus membawa
diri ini ke tengah lautan dan
tenggelam dalam samudera
Khatulistiwa.
Ketika mama bilang
'Aku semakin huzur,
sakit dada kiri bertambah.'
Mama, otot kuda semberani
semakin kuat dan Gazel ini,
terjangan makin lincah dan tinggi
ke pusar langit. Di tanah peribumi
ini, benih yang ditabur tetap
bercambah.
Perjuangan ini tak akan berubah
Kemenangan sukma adalah
kemenangan rohani, dari air
mengalir perlahan menjadi seperti
air terjun Niagara.
Kepadamu, mama, bulan Qamar
di pundakmu, mahkota yang tak
akan dirampas kerana kau adalah
tunjang yang mencengkam bumi.
Dan aku tetap merasa langit samawi
itu di paras kepala.
Kota Kinabalu
20 Julai 2013
39. Sekilas Fikiran
Ramadan
Maafkan saudaraku kalau janji-janji
yang pernah dilafazkan tak pernah di-
penuhi.
Usah menuduh kepada apa yang tak
pernah dikerjakan menjadi ejekan
dan penghinaan di mata kasar.
Janji-janji langit tetapi menjadi
kau tak perlu gusar, kalau bukan
sekarang besok, kebenaran itu
melenyapkan keburukan dan
kepalsuan. Sayangnya, mereka
buta dan akan terus bertanya
tanpa puas.
Syukurlah aku bukan seorang
yang mudah memberikan janji-
janji untuk meraih kemenangan.
Lain dari janji-janji nubuat
lambat cepat itu adalah kemahuan
Tuhan Yang Maha Esa.
Ya Rabbi, jangan jadi aku
orang pelupa dan mungkir janji
Tiap janji akan diagih nanti.
Tapi kalau aku berjanji
untuk mengerjakan kebaikan
Tolonglah aku, Ya Tuhan,
kerana aku bukan orang politik
dan pendusta.
Kota Kinabalu
20 Julai 2013
40. Bulan Hilal Di Horizon Langit Ramadan
Aku telah memasuki sempadan usia
dan aku melihat horizon dan paksi kehidupan
corak warna, bentuk dan dimensi kelainan
dari ukuran dan tanggapan masa silam.
Aku berenang ke garis penamat
di bawah langit kembang melati
pasir putih bumi kemboja
laut biru penyejuk sukma.
Di langit-Mu aku melihat
gerhana penuh dan warna berbeda
Kau telah memperingatkan
siang dan malam merangkul
tiap indera dan sukma.
Kelahiran ini dipengaruhi langit
dan bumi. Sentuhan gerhana
bulan dan mentari bagaikan
air mengalir dingin ke dalam
sukma. Setelah kemarau dan
malam panjang. Gerak-gerak
langit mengirim gerhana, dan
berkali-kali.
Kepada penghuni bumi gemetar
dan membaca, keelokan dan
isyarat langit datang berulang kali
sebagai mahkota kemuncak suatu
zaman.
Gerhana rembulan penuh dan
gerhana mentari dalam satu zaman
dan dalam satu masa telah membuka
kebenaran langit.
Bagaimana aku bisa
mengatakan,'itu khayalan belaka.'
Ya Rabbi, aku telah melihat
gerhana pada langit. Gerhana datang
silih berganti. Aku menjadi
saksi kebenaran itu.
Pada bulan hilal dan bulan Qamar
dan purnama, dan mentari, tiap perubahan
padamu, aku yakin Kau adalah
kebenaran yang nyata. Seribu kurun
tak akan bermakna, kehadiran Kekasih-Mu
adalah rahmat yang menyingkap
kebenaran langit dan tanda-tandanya.
Aku menjadi kerdil sisa debu
yang hanggus melihat kebesaran dan
keindahan Kau bekerja di Singgahsana-Mu.
Bulan Hilal di langit Ramadan
aku merenung dan memahami-Mu
gerak-gerak di langit dan di bumi pelantaran
aku bersujud.
Maha Suci Engkau, kerana aku hadir
menjadi saksi di bawah pelantaran bumi
dan langit samawi.
Kota Kinabalu
20 Julai 2013
41. Pendatang Malam (Boat People), Bulan Qamar Ramadan
di Persada Langit
Lautan tampak indah, bulan Qamar menghias langit
Ramadan. Kepulauan seperti berselindung di bawah
kepaknya. Kemurahan pada wajah-wajah mutaki
Kau telah dinasihatkan dan amaran pun telah di-
beritakan, kedatanganmu tak akan diterima.
Kau melihat bulan Qamar dan bintang-bintang
seperti manik-manik yang terhampar di cakerawala.
Di dalam lautan pun ada dunia penuh dengan
rahsia dan cahaya yang mengilap.
Sempadan telah ditutup dan lautan kaulayari
telah dipasang monitor Pendatang Malam.
Suaramu cuba menempel pada tebing pantai
pasir putih telah menolak impianmu kembali
ke laut pasang.
Kau mencari kedamaian sukmamu. Ceritamu
ingin didengar sekalipun angin buritan. Kau
ingin telinga dan mata yang kasihan. Tapi,
di sini pintu-pintu itu bagaikan telah tertutup
rapat. Pendatang Malam tak dibenarkan di sini.
Nauru dan PNG telah mempersiapkan tanahnya
mendirikan kem-kem tahanan buat Pendatang
Malam. Australia memberitahu dunia, ‘kami tidak
alang-alang, kami serius, menangani Pendatang
Malam.’
Doaku padamu. 'Kau adalah musafir,
dunia mulai kendur mendengar ceritamu. Tapi
kau jangan berhenti bercerita. Tiap
pelayaran, tiap derita, aku bersamamu.
Kemanusiaan sejagat bukan buih sampah di lautan.'
Kota Kinabalu
20 Julai 2013
42. Bual Bulan Ramadan
Aku turun ke kotaraya
terlalu percaya
disebalik rimbun batu itu tentu ada
rahsia yang membawa gilapan
sebuah impian.
Ketika berada di samuderamu
aku melihat kau tak tentu rasa
dan pukul mundur dari ribut angin
mengharapkan
gelombang membawamu ke
pulau teduh.
Kata-katamu kembang layu
kau mengharapkan rembulan
dan tanpa sedar
kau telah membuangkan
benih perjuangan suatu pengorbanan.
Perbualan pun mendatar
aku ingin menyelesaikan saja
pertemuan ini.
Di kotaraya ini malam menjadi panjang
43. Malam-Malam Terakhir Meraih Qurub-Mu
Malam-malam terakhir
harum udara meresap
sampai ke serambi halus
bagai air menjurus
ke dalam sukma
kudakap-Mu,
dengan langkah kemampuan
keinginan ini adalah
kesempurnaan langit-Mu
keupayaan ini adalah
kasih sayang-Mu.
Aku memanggil-Mu
tak terlalu kuat, sederhana
panas siang dan kantuk malam
cair di dalam sukma.
aku menganyam kata-kata
dengan lidah tawakal
kepala tengkorak dan jiwa
ini menekan nafsi-i-Amarah
sampai jauh ke pusar bumi.
Setiap tindakan aku tak
membiarkan kebohongan
bergayutan pada akar dan
sendi sekalipun itu hanya
kelakar atau janji kosong.
Aduhai, siang-siang merekah
dan malam-malam kembang
rohani di bulan Ramadan
Al Mubarak.
Para mutaki inginkan
malam-malam Lailatul Qadar
sukma langit samawi bergetar
aku bersujud dengan doa-doa
meraih qurub-Mu.
Kota Kinabalu
4 Ogos 2013
44. Menjelang Aidil Fitri 2013
Kau melihat di Langit Samawi bulan hilal
mengembang menjadi bulan Qamar dan
purnama penuh lalu mengecil kembali di-
seantero langitmu Ramadan Al Mubarak.
Hukum alam, kau terpaksa melepaskannya
sekalipun terlalu berat dalam benak seorang
manusiawi. Gazel, kau menunggu datang
anak bulan seperti anak bermain kembang
api di Malam Takbir.
Pernah kau berceritakan tentang ibu tua
menyiapkan sepasang baju kurung dan
sepasang baju melayu buat anak jiranmu.
Dapatkah dibayangkan bagaimana degup
jantung ibu tua ingin menyempurnakan
harapannya di malam itu dan sebelum
datangnya mentari pagi.
Di Tanah Peribumi ini, kau kembali
menyedut udaramu bukan sebagai
pendatang malam atau musafir yang
kelelahan mencari oasis dan pohon
rendang di bawah langit selaksa bintang.
Kau mulai menghimpun kekuatan
memakan buah impian bukan dalam
mimpi atau dalam mitos dan legenda
kerana di sini kau datang kepadanya.
Kau pernah melangkahi sempadan dan
memanggilmu dengan kasih-sayang.
Aku telah mengiyakan sekali lagi
Kaulah penghibur dan membuka pintu masuk.
Dapatkah kau menyakin kepada
langit dan bumi sekalipun musim
bertukar dan tsunami kau tak akan
berganjak dan menyerah kalah.
Mereka telah melepaskan
binatang-binatang buas dan menjadi
sekutu di malam ngeri.
Tapi kekuatan buruj dunia
tak akan menderamu. Sekalipun
mimpi musuhmu sangat kejam.
Malam terakhir Ramadan Al Mubarak
Kau menunggu di hujung tanjung
memandang langit seperti menanti
kedatangan seorang Kekasih Sejati
dengan perhiasan yang sempurna.
Datanglah Idul-Fitri, biar semangatmu
terkandung di dalam sukma ini.
Kau merayakan Idul-Fitri dengan
kembang kasih-sayang dan harapan
pada esok.
Kota Kinabalu
6 Ogos 2013
45. Aid Mubarak, Aid Mubarak 2013
Anak bulan di malam takbir
lautan tenang setenang langit
kelip-kelap di lembah rimba jati
gemerlapan di langit malam
langit samawi mengirim salam
aku mengucapkan salawat dan
salam kepadamu, Ya Rasulullah,
Kekasih-Mu.
Aku mendakapmu,
Ramadan Al Mubarak
kini tiba waktunya
aku melepaskanmu
sekalipun sekuat tenaga
tak ingin melepaskan.
Ya Rabbi, apabila aku
melampau, Kau selalu
memaafkan, dalam
kekurangan aku datang pada-Mu.
Ketika terhuyung-hayang
tanpa sandaran Kau
mendorongku bukan sekali
tapi sepanjangan nafas perjalanan.
Hari ini aku persiapkan
sepasang sarung.
Buatmu sepasang kurung,
Amatul Qudoos
bulan Syawal dalam
sukmamu. Kepadamu,
salam dan Id Mubarak
dan Kasih-sayang-Mu merangkum
benua, lautan samudera
dan langit kejora.
Aku adalah Ansar.
Biar doaku seperti kesabaran
seorang musafir
kasihku pula air sarbat dari
langit-Mu. Akulah dai'
di lapangan.
'Subhan Allahi-wa bihamdihi-Subhan Allahil-'Azim'
Id Mubarak, Id Mubarak.
Kota Kinabalu
7 Ogos 2013
46. Kita Amanah
Ingatkah bulan Ramadan
saf demi saf
malaikat dalam sukma
mata air pergunungan.
Di hari merdeka
kita menongkat langit
menabur benih
di tanah gembur.
Matari bangsa meluap
tiap kata meluncur
lampu-lampu tak kesiangan.
air tak bertakung.
Memandang tanah
peribumi
tak pernah derhaka.
Kita amanah.
tak menjudikan
nasib bangsa
mengopak kulit bumi
menjadi tanah lumpur.
Kota Kinabalu
17 September 2013
47. Rindu Dan Menunggu Ramadan Al Mubarak 2014
Aku mengintip pada siang dan putaran malam
melihat bulan di bumbung langit dan lampias
cahayanya
tiap malam tiba mendekatkan diriku kepadamu
Ramadan Al Mubarak.
Kerinduan ini ternyata melangkah jauh
ke dalam sukma.
aku mencium bau udara memang kau
semakin dekat.
Alam maya pun bergerak ke arahmu.
Aku telah siap sebagai khadim di Tanah harapan.
Bagaimana aku dapat melupakan
ketika kau datang aku berada jauh
di tengah samudera atau di Tanah Asing
berkhemah sendirian di hujung desa
di Tanah Pesisir atau di Tanah Medan.
Ketika hujan turun menyentuh tendamu
dan angin laut mengheret dingin malam
kau hanya dapat berkata
'Ya Rabbi, Kuatkanlah tekad sukmaku,
jangan kerana kedinginan yang tak tertahan ini
aku menyerah.'
Suatu hari, langit malam bagai membuka
panggungnya menghibur musafir
aku merenung hamparan bintang
di langit Ramadan di Tanah Kanak.
Seperti aku mendengar suara-suara Kanak
dari Tanah Bukit dan desa-desa Hienghene
bergema di lembah Kanak,
nyanyi kemerdekaan makin surut dan sunyi.
Suatu malam, masih di bulan Ramadan
Tribute de Ware masih berdekur
aku keluar tenda
Gereja Katholik, bangunan tua
merelakan aku, rumah paderi yang
kosong dan tanah dataran
di situ, aku memanggil nama-Mu.
Ramadan Al Mubarak, dalam keadaan apa
aku selalu siap sekalipun aku di kepulauan
atau dataran Tanah Merah Aborigine.
Kini aku datang padamu, Ramadan Al Mubarak
di bumi Peribumi yang kukenal, lautnya yang tenang
lembah gunung mengirimkan firasat
di Tanah Gembur airmu mengalir ke dalam sukma.
48. Pulau Balambangan
Aku ingin menyentuhmu
tanah Pulau Balambangan
dalam sukmaku
kau tetap dekat sekalipun
kita telah dipisahkan
dengan laut dan mimpi.
Khabar ini telah datang terlewat
lebih dari 100 tahun
maafkan kalau aku terlambat
bukan aku segajakan
semua ini berlaku tanpa sedar
rupanya kita telah jauh di alaf 21.
Berdiri di Simpang Mengayau
melihat purnama penuh
langit mulai bertukar wajah
Ramadan Al Mubarak
mendekati pintu sukma
Di Tanah Kerinduan dan
di Pulau Balambangan
kita adalah sepasangan kekasih
melafazkan doa kerana kedatanganmu
membebaskan siang dan malammu
dari belenggu kejahatan,
Aku menyiapkan sebuah harapan
di langit Ramadan Al Mubarak.
gunungmu tak berubah warna
masih gagah dan menawan.
Di bulan para malaikat berkeliaran
tiap sukma ingin meraihi
malam Lailatul Qadr.
Pulau Balambangan, kalau bukan sekarang
esok aku mendatangi, mengenapi sebuah cinta
kata-kataku terus terang
kerana syafaat cinta kita
tak akan merelakan aku atau kau
mengundur langkah
di tangan ini aku akan menjabat tanganmu
dan tak memaksakanmu
Ketika walima berita tentang
pernikahan kebenaran ini tak akan
mengejutkanmu, Pulau Balambangan
Kasih Sayang ini tanpa ada pemisah
apa lagi dendam yang direncanakan
di malam derhaka.
49. Pintu Meraih-Nya Tak Pernah Tertutup
Benarkah kau tak mengenal bahasa rindu apa lagi bahasa
cinta
ketika aku berbual kepadamu kau diam, matamu tertidur
bulanmu seperti komet yang hanggus di dalam sukma
dalam lamunan aku bermimpi puluhan pulau-pulau di
lautmu.
Kau hanyut dalam gelombang membawamu ke tengah lautan
dalam badai tofan aku menyiapkan perahu padamu
angin kencang yang menghempas tekad dan harapanmu
tak akan bertahan lama kerana esok lautmu tenang
kembali.
Bacalah ke dalam mata dan sukmaku, pasti kau merasakan
perjuangan ini bukan untuk satu hari dan tak ada
kemenangan
kepada pembohong yang bersumpah-sumpah tentang
kebenarannya
kau sendiri melihat mereka seperti ikan-ikan mati
terdampar di pantai.
Kau melihat tak ada kekurangan pun di langit masih ada
purnama
matari masih datang pada esok dan menerangi alam
semesta
jaminan apa yang cuba kau bisikan ke telinga dan
sukmaku
sedang malam-malamku telah lama menghilang di galaksi
dukalara.
Aduhai rohaniku, usah kau melihat langit malam dan
merasa binggung
suara-suara yang datang menjelang Ramadan Al Mubarak
mengingatkanmu, pintu meraih-Nya tak pernah tertutup
dan aku akan terus memanggilmu tanpa bosan.
50. Menaksirkan Laut Sukma Di Malam-Malam Ramadan Al
Mubarak
di Tanah Sejarah aku memandang lautmu
dan pulau-pulaumu dan suara masa silam
berdiri di sini dan setengah menutup mata
melihat kasyaf sebuah bangsa terkurung
dalam mimpi bagaikan malam yang turun
dan berlabuh di situ ratusan tahun .
Penderhaka bangsa masih mengharapkan
malam akan terus supaya rencana jahat itu
menetas dan badai gelombang sekali lagi
menerjang laut datang sebagai ribut di malam
penentuan dan kekalahan yang diramalkan.
Aku masih dapat membaca dan ikut ketawa
kelakar seorang ayah di akhir-akhir mimpinya
Ketika aku meninggalkanmu di tepi bangunan
dan memanandangmu sekilas, kau memang
seorang wira berjuang sampai otot-ototmu haus.
Kau tak pernah menyebutkan sejarah bangsamu
kita bertemu berpisah seperti pintu dibuka
dan ditutup dan kita seperti memahami sejarah
akan mengambil dan mencari warisnya yang
hilang di malam gerhana.
Waktu telah meninggalkan bekas dan karat
pada piung-piung sukma. Ketika kau menjabat
tangan dan berlalu pergi, tak pernah kau
mengakali masa depan itu adalah satu perjuangan
dan tradisi ini tak akan pernah dikalahkan
Dua zaman kita berbeda telah disatukan
Bukankah kemenangan rohani ini dijanjikan
di akhir zaman?
Ketenteraman sukmamu di malam purnama penuh
telah meninggalkan jauh gerhana-gerhana silam
yang pernah menjadi langit hitam kelammu
Kini berita syafaat ini telah menyatukan dua musuh
menjadi teman yang akrab.
Ya Rabbi, aku menunggu-Mu di malam-malam
Ramadan Al Mubarak, menatap wajah langit
kerinduan melahirkan doa tulus seorang mutaki.
51. Nyanyian Malam Menjelang Malam-Malam Ramadan Al
Mubarak
Aku menitipkan doa selamat malam sebelum terlelap
biar getaran sukma ini bergema sampai ke benuamu
Ketika aku terlentang tak bermaya kau adalah dataran
Pulau tempatku berlindung dan membina kekuatan.
Kau tetap tak berubah dan langitmu sentiasa merendah
lautanmu senantiasa teduh dan bintang-bintang di
langit malam
inspirasi yang tak pernah kering dan kedamaianmu
membawa pulang Sang Nahkoda ke Pelabuhan.
Katamu cintamu telah terbang ke langit samawi
ia telah menemukan rahsia kebenaran sebuah kehidupan
Kalau begitu tak salah jika aku menerangkan dengan
kalimat-kalimat panjang kerana di situ ada kemanisan
abadi.
Kupeluk seribu malam setelah itu seribu malam
sukmaku tak akan pernah puas kerana cinta telah
membumi
Dan kau telah meninggalkan gua kegilaan itu selamanya
kerana di luar ini ada matari membawa musim semi.
Kau telah puas mencari cinta dan keselamatan
yang kau temui hanya bayang-bayang dunia yang rapuh
dan puing-puing mulai rebah dan jatuh bertaburan
bagaimana sukmamu bisa tenteram ketika dirimu
kehilangan.
Di musim orang ramai menemui jalan mati
langit samawi masih terus menitiskan air manis
penghilang dahaga musafir di jalan pulang
menemukan ikatan persaudaraan rohani dan Utusan Tuhan.
Malam akan terus panjang dan gerhana dalam sukmamu
Ia pemegang opor kehidupan rohani, hidup dan mati
pemelihara dan perlindung sampai akhir zaman
akan tetap menjagaimu pada kesaksian malam dan
siang.
52. Semangat Ramadan Lebur Dalam Sukma
Aku menunggu di pintu Ramadan Al Mubarak
bukan kerana aku tak berdoa sebelum ini
atau tak pernah sujud kepada-Mu
tapi, kedatanganmu menggenapkan harapan
Aku merindukanmu seperti para mutaki
di zaman permulaan dan kini
aku berada di penghujung
Ini aku datang, sekujur tubuh
denyut jantung masih teratur
aku masih bisa berlari walaupun tak
sepantas kijang di tanah lembah.
Sebatang pohon rendang di halaman sukma
daunnya lebar dan di situ ada sebatang sungai
yang jernih, aku mandi sepuas-puasnya.
Ramadan, biar Ramadan menyerap
ke dalam sukma, dari sana ia mengalir
ke dalam urat-urat serambi sampai ke ubun-ubun.
Aku bukan tetamu yang jarang-jarang pulang
aku telah merendahkan sayap ini
Lihatlah, samawimu ada sarang madu
dan menitis sepanjang waktu
lalu madu ini mengalir menjadi sungai
semua orang pun dapat menikmatinya.
Kini aku terserap pula seperti madu
menitis dan mengalir.
53. Tilawat Menjelang Ramadan
Gema nafasku sederhana
pecah-pecah ombak di malam purnama
berhenti sebentar bercantum kembali
sepi di malam penantian.
Aku bukan seorang qari
ketika aku membaca kitab-Mu
seperti berada di lautan damai
dan gema di pergunungan.
Ma, kaulah juga mempersiapkan supaya
gunung dan air terjun di dua lembah ini
mengalir tak berhenti.
Seperti matari aku
tak berganjak mengirim cahaya
tiap pelayaran membawamu
ke cakerawala dan orbit
impianmu.
Ramadan o Ramadan
harum musim bunga
baca, baca, baca
lautan maknamu
kuselami
Laguku seperti
ombak-ombak ke tepian.
Ketika aku melangkah kepada-Mu
seperti aku telah melihat asap di kaki langit
sebentar lagi kapal akan kelihatan
lalu ketika sauhu dilabuhkan dan kapal merapati
pelabuhan, bimbangku telah terbang dibawa angin.
54. Kerinduan Yang Sempurna Menjelang Ramadan
Aku hanya seorang khadim dan Ansarullah
di Tanah Lahan Baru aku mengumpul
kambing di perbukitan lembah hijau.
Anakmu jauh di tanah matari condong
Tapi suaranya bergema dalam gegendang telingamu
tidak terlalu keras seperti burung kakatua yang
terlatih.
Yang pasti Ramadan ini kita terpisah
bukan kehendak air melimpah dari dua arah
suara dan tawamu masih mengiyang
seperti keriangan burung pagi.
Kita tak selamanya harus menatap langit
dan berpijak di bumi yang sama
Kau telah menghanyutkan aku ke istana fir'aun
mata tuamu puas kerana suaraku masih bergema
dan mengandung makna.
Ketika aku rindu dan sakit
getaran sukmaku menyentuh nalurimu
melangkahi benua dan lautan
tiba berkepak membawa alamat.
Menjelang Ramadan ini
Kukumpulkan tenaga
Kuda semberani, matamu masih berkilat
dan derap kaki masih bisa melangkah
tujuh lautan dan tujuh petala langit
Gazelku, kau memang aman di dalam sukma.
Terjahmu dalam udara samawi Ramadan
kerinduan yang sempurna.
*Tersiar Di Utusan Borneo 15 Jun 2014
55. Kedamaian Sukmamu, Kemenangan Rohani di Bulan
Ramadan
Ya Rabbi aku hanya melihat
yang di luar jangkauanku hanya Engkau
yang memiliki kekuasaan itu.
Ramadan Al Mubarak
datanglah kau dengan angin dingin
membawa berita sejuk.
Serapkan ke dalam sukma ini
Kasih-Sayang-Mu
bukan benih perpecahan
di tanah dendam kesumat dan
langit maut sirkah.
Siasahmu semakin kusut
Di mana angin perubahan di bumimu
tanahmu seperti gunung berapi
menunggu saat meledak.
Burung-burung Kundur merobek
dadamu dan kau lemah tak bermaya
kau seakan mati
sedang kau masih hidup,
Maut telah berkhutbah di atas mimbar
meminta banyak korban.
Ramadan Al Mubarak
padamkan api itu setiap kali mereka ingin
membuat api di Tanah Leluhurmu
bongkarkan kejahatan mereka
alirkan air mengalir ke dalam sukmamu
dan melihat samawi itu
adalah tangan pelindung dan menjagai.
Kedamaian dalam sukmamu
kemenangan rohani
kemenangan sejagat.
*Tersiar Di Utusan Borneo 15 Jun 2014
56. Beduk Ramadan
Ayuh pukul beduk biar dapat didengar
oleh sukmamu di hujung tanjung ataupun di tanah benua.
Aku merindukan alunan rentakmu
di pergunungan yang berkabus
di lembah hijau tropik dan langit senjamu
yang sirkah.
Aku mengenang seorang teman
pemuda desa pemukul beduk
dari perlahan dipercepatkan tempoh
gemanya jauh ke dalam sukma
dan mencercah samawi.
Ayuh pukul bedukmu
kirimkan kerinduanmu
Menjelang takbir pertama bulan Ramadan
Kekasih, aku telah melihat anak bulan
dalam sukmamu dan di langit
para perindu puas, isyarat itu
perlumbaan kudus meraih kemenangan rohani.
Ya Rabbi, bukankah ini tradisi para anbiyya
mengerjakan puasa dan menaklukinya
wajah tersenyum lalu mengucapkan alhamdulillah.
Aku tanah rapuh sekalipun begitu
aku ingin menjalani malam-malam Ramadan
dengan kepala dan sukma menunduk.
*Tersiar Di Utusan Borneo 15 Jun 2014
57. Daras Malam-Malam Ramadan
Anak bulan di lautan
Purnama di benua malam
Langit tetap tak akan berubah.
Di musim begini
aku tak pernah salah alamat
tentang terowong hitam.
Ini bukan ilusi atau fatamorgana
yang mendambakan selalu di saf depan
daras di malam-malam Ramadan
selepas solat Tarawih
kepada kepala menunduk dan mendengar.
Seperti butir-butir bintang di langit malam
keramaiannya adalah perutusan samawi
yang tak akan pernah dikalahkan
sekalipun kekuatan malam gerhana
tak akan dapat bertahan.
Dalam kalbumu ada anak bulan
persis di langit malam
lalu di situ tumbuh purnama
dan cahayanya tak pernah padam.
*Tersiar Di Utusan Borneo 15 Jun 2014
58. Nisfu Syaaban
Menatap samawi dalam kanta mata malam
Nisfu Syaaban telah tiba pintu rumahmu terbuka luas
siap menerima tamu dan purnama menyentuh
wajah dan sukma yang rindu.
Memandangmu lebur dalam cinta ranum buah
ketika kalbumu merayu bumi menerima gerimis
tanah merekah dan bernafas, di dadanya tumbuh
salam pada samawi dan salam pada bumi.
Malam-malam yang makmur dan damai
tiada akan tersiksa dan tali-temali telah mengikat
dari langkahmu pertama, sampai meraih manis madu
pemilihan kata dan menjadi kalimat doa sempurna.
Tenang, tenanglah sukma
bagai kekasih yang disiapkan penungguan mengikut arus
degup kemenangan meraih malam Lailatul Qadar
Ramadan, kau turun bagai hujan di Tanah Gersang.
*Tersiar Di Utusan Borneo 15 Jun 2014
59. Ramadan, Aku Ingin Memelukmu (Buat Mereka Yang
Sakit dan Uzur)
Harimu bagai dilipat-lipat
tanpa bersampul surat.
Sepi kembali di kamar wad
rindu pada nyanyi cicak di dinding
rembulan redup di penjuru malam.
Dan kau masih menunggu.
Angin belum kesampaian entah tersasar
dan berhenti di hujung tanjung.
Datanglah mimpi
kuntum-kuntum
bunga berjatuhan
merah bungamu.
Kau ingin
mencium bau harum melati
dan Kenanga.
Tiap malam
kau dekat terasa jauh
Anak bulan di Nabalu
gemamu adalah suara rindu
Ketika datang isyarat samawi
Ramadan, aku ingin memelukmu.
60. Ibu, Mama, Ummi Puisi Buat Muhammad Firdaus (OKU)
Malam tak seindah bila terpenjara di dalam kamar
Siang, hari-hari kelaparan yang tak terhitung
di sini deritamu tumpah dalam selang waktu
Kau tak pernah dicari kerana kau memang di situ
menunggu itu bukan satu janji yang dipenuhi
Suaraku tak akan menembusi dinding waktu
ia melayang-layang seperti daun kering jatuh di atas
lantai.
Gelap panjang tanpa mimpi manis
kau tak ketagih sekalipun musim buah di luar
Di sini tak ada musim, yang ada adalah kelaparan.
Aku hanya bermain dengan teman, nafasku sendiri
menjerit-jerit dan cuba mendengarkan gemanya.
Telah lama aku tak melihat hujan atau pelangi
salak anjing yang menghalau mimpi di lembah Nabalu.
Aku merindukan langit dan sekarang pintunya terbuka
Kau terus bertanya dan di matamu melihatkan kasih
sukmaku hanya dapat berkata, "Ibu, Mama,
Ummi."
Di ranjang ini, aku bayangkan mata bintang berkerdip
dan gema suaraku bersambut menjelang muncul
anak bulan di samawi, aku menggenggam tanganmu
Ramadan Al Mubarak.
61.Cinta Terkabul Di Malam-Malam Ramadan
Aku datang kepada-Mu pasrah
tiada kepayahan kalau memang
ada keupayaan dan kesabaran.
Tancaplah kesabaran di dalam sukma
supaya aku tak gusar apalagi ngomel
di sepanjang jalan.
Sememangnya jalan tak selalu rata
lautan teduh tak selalunya tenang
gerhana hanya sementara
purnama diraih setelah sabar dan doa.
Kedatanganmu membawa damai
angin dingin dari benua
gema menara turun ke lembah
ketulusanmu tak pernah kendur.
Merahmu bunga mawar
rohanimu sungai mengalir
kau adalah matari makmur
cinta terkabul di malam-malam Ramadan.
62. Di Belahan Bumi Menunggu Ramadan
Gelombangmu datang menuju utara
menghempas tanah daratan pulau ini
sampai jauh ke dalam
air telah pasang dalam
membawa rumpaian kenangan.
Kita tak akan berhenti di tengah jalan
gema suaramu menenangkan kalbu
bagai gerimis menghidupkan panen.
Di ladang sukmamu,
kau mendambakan
makmur pada setiap akar
makmur pada setiap kata.
Aku akan menolakmu ke depan
sekalipun batu kerikil melukai tapak kaki
kalau memang janjimu
akan kubawa kau ke samawi.
Di jalan-jalan jerebu
suaramu bergema
seperti api bertukar angin
diamku bagai gaung
yang tak terusik.
63. Aku Masih Bersama Ramadan
Aku menunggumu
seperti menunggu
kekasih datang
tanpa berdandan dan
memakai pakaian baru.
Ya Rabbi, biar kata-kata
bukan tombak yang dilontar
setiap kali denyut
nafas mengucapkan
benar-benar dari bumi
merekah dan gembur.
Di malam penungguan itu
kau telah menyiapkan
dirimu dikorbankan
seperti dalam mimpi Ibrahim.
Aku mendengarkanmu
bagai Ansarullah siap
melepaskan rantai
yang mengikat
dalam belenggu waktu.
Anak bulan di samawi
syukurlah aku masih
bersamamu.
64. Menjelang Awal Ramadan
Bumiku biar kau dingin sepanjang bulan Ramadan
bersih dari bau mayat dalam udaramu
mesjid-mesjidmu aman dari penceroboh
bom grenade dan pelepasan dendam
kemarahanmu terperosok hanggus
di lahar gunung berapi.
Di lautanmu deru gelombang kedamaian
di tanah benua kau tekun meraih purnama
di langitmu udara harum dari taman
di dalam sukmamu kau telah mengalahkan
nasf-i-amarah.
Tidakkah kau lihat wabak maut
telah memenuhi langitmu
tanah bumimu meraung kesakitan
berkurun-kurun
tapi, kau masih tak ingin berhenti
menzalimi saudaramu sendiri
malam makin panjang
cerminmu jatuh pecah seribu
kau tidur seakan esok tak akan datang.
Adakah oasis pelepas dahaga
di tanah gurun
semakin hari kata-katamu
kehilangan taji
mereka mulai mempersenda
bulan dan bintang.
Kesabaran gunungmu
teruji
tiap keputusan dan hukuman
adalah hikmah
Kemenangan rohani ummah yang satu
supaya kau tak akan kalah ke sekian kali.
Kalau kau tak ingin memadamkan
api sengketa ini
sepanjang kurun
dendamnya tak akan hapus
maut menjulurkan lidahnya
mengubah siang menjadi malam
dan malam memanjang ke dalam siang.
65. Musafir Menjelang Ramadan
Kau tak mengira sudah berapa ribu langkah
kakimu melangkah dari desa matari turun
menurun lembah ke benua selatan,
masih belum sampai
Sudah berapa sempadan kau melangkah masuk.
Di tanah leluhurmu, kau telah menimbus
sejarah keluargamu dan sekarang kau, orang pendatang
terlantar di bawah matari jam 12.
Kau adalah musafir yang bermimpi
lahan baru tak kira di mana belahan dunia
malammu, hamparan tidur tak berantap
langit seakan runtuh dan daratan makin menjauh
kini kau menghadap ke lautan dan benua selatan.
Usia seakan memamah kulit dan wajahmu
suaramu terdera dan gemanya jatuh dalam gelombang
lautan
Sudah berapa Ramadan kau terbawa mata angin
Menjelang Ramadan ini kau ingin melupakan kejora
pasrah pada deru angin dan lambaian bintang Southern
Cross.
Ya Rabbi, Ramadan ini bukan yang terakhir
dan mimpimu malam itu
kau tercampak di tengah lautan
dan berenang ke batu karang tanpa pantai
Suatu pagi kau terbangun
di Pusat Penahanan Pendatang Haram
di pulau asing
memandang langit dan cuba membaca
awan yang bergerak.
66. Tabir Pertama Bulan Ramadan
Anak bulan
di langit Ramadan
lautan damai
lembah makmur
aku menyambutmu
dengan tawajjuh
dan sukma yang pasrah
di persada-Mu.
Kaulah
madu manisan
di lapangan
aku, lebah, yang
berpergian
menyedut
dari titisan samawi.
67. Ramadan Pemburu Malam Telah Berkurung
Ke mana bintang-bintang
mataku tak dapat menembusimu
jerebu telah seperti awan tebal
dibawa angin malam
Pintu pagar telah dibuka lebih awal
malam ini sekawan burung terbang
bertukar haluan
Ya, hanya malam ini.
Seekor itik bersenandung sayu
kerana kolamnya telah kering
penjaga taman mengingatkan
berkunjunglah ke sini
Kau tak perlu curiga
pemburu malam telah dikurung.
Kekasih, usah menjauh dari
air sungai yang mengalir
seperti doamu tak putus-putus
sedekah dan pengampunanmu
jembatan memanjang ke samawi.
Bagaimana aku menjawab salammu
kau penabur bibit fitnah
di hujung lidahmu
sebagai pemburu malam penyimpan dendam
Muhammad adalah Kekasih Allah
pintu keselamatan langit dan bumi
rahmat seantero alam
yang minum dari air samawimu
tak akan pernah puas.
Malam-malam Ramadan
bayangmu sedikitpun tak akan
memaling kalbu seorang khadim dan Ansar.
68. Sahur Ramadan Aku Di belakangmu Kekasih
Salam pada matari
menyingkap siang
di garis mula nafasmu terkumpul
sebuah perjalanan adalah
pengorbanan yang reda.
Salam pada bulan
aku lebur dalam cahaya
kata-kata memanggil-Mu
tunduk mencium
hamparan bumi.
Aku tak akan menentang
graviti dan nizam
seribu malam bagai
bunga-bunga di taman samawi.
Di ruang malam
ada seorang khadim
minum segelas susu dengan gula merah
sehabis 5 biji kurma
menunggu
datangnya panggilan.
Sahur
membawa pulang sisa-sia
malam
dingin subuh
menyentuh sukma bumi
aku berdiri di belakangmu kekasih.
69. Anjung Singgah Ramadan
Anjung Singgah Ramadan
tak berdinding dan berpintu
tiap kalbu yang singgah
disambut cahaya bulan
Di sini saudaraku tak disuruh pulang
menjamumu tanpa banyak bertanya
burung gagak di pohon tinggi
kucing kota turut menumpang
Berita Anjung Singgah
telah didengar Abu Hurairah
dia di antara yang ikut berbaris
di bawah langit terbuka kotaraya
Musafir yang kelelahan
memerah bumi melepaskan dahaga
dan berteduh di bawah bumbung khatulistiwa
peribumi melayan tanpa suara hutannya
mengeluh.
Anjung Singgah Ramadan
adalah Langkar Khana
dijagai malaikat 24 jam
burung-burung pipit singgah
dan bercanda sepanjang malam
tanpa risau
penjaga kota datang menghalau.
Mereka akan menghias malam
dengan lampu neon
dan ketika siang kau
adalah buruan hukum.
Anjung Singgah Ramadan
lanjutan rahmat dari masa silam
sampai hari ini
dan kemakmuran itu
adalah hak peduli padamu.
70. Kisah Dalam Kisah Ramadan
Kau telah meletakkan bulan balik ke persada
arus sungai Kinabatangan seakan berlalu
tanpa menyapa sebuah kampung di pinggir sungai
Ibu gajah telah menemukan anaknya
hilang di perladangan sawit.
Di tepi jalan seekor tapir terbaring
awan mendung resah jalan jerebu
Sekumpulan kera tersesat menyeberangi
jalan masuk ke desa di musim buah.
Laut berombak sedikit
ada kebakaran di kampung air
di sebuah pulau
lama sudah penyu tak mendarat
tapi, telurnya masih dijual
di pasar pelabuhan Kotaraya.
Kau hanya melihat hutan
dari pinggir jalan
ke dalam sedikit
ada orang mulai berkampung.
Di belakang rumah teres
tumbang pohon mangga
sedang berbuah lebat.
Hari-hari Ramadan
kau menyaksikan jerebu
dibawa angin melewati sempadan.
71. Mimpi-Mimpi Dalam Ramadan
Kalau aku terlupa mengirimkanmu
kad idil fitri tahun ini
bukan kerana aku telah melupakanmu
tidak juga disegajakan.
Mimpi-mimpiku di bulan Ramadan
membawa kuntum-kuntum kenangan
masa silam
dan rahsia yang tenggelam
di dasar lautan seakan
kesepiannya tak ingin terganggu.
Aku mengenangkanmu
seperti menghidupkan api lilin
dan membuka album lama
merenung seketika lalu
menarik nafas dan menghapuskan
cahaya lilin dengan ibu jari dan telunjuk.
Dalam kegelapan
seperti aku melihat mimpi-mimpi
di layar putiih
pelaku-pelakunya hidup kembali
bergerak dan berbual.
Aku menontonmu
tak terlalu lama, lenyap dari pandangan
lalu dari setitik cahaya
berkembang seperti bunga
indah kemudian berubah menjadi
taman bunga berwarna-warni
sedang lebah-lebah bunga
menyibukkan diri.
Mimpi-mimpi bulan Ramadan
tak pernah menyeramkan
ia datang seperti musim bunga
dalam cahaya gemilang
menghapuskan noda-noda hitam.
Rumahku tak pernah kosong
datanglah tamu-tamu dan musafir
di sini, kau dihormati sebagai
tamu dari samawi.
72. Buka Puasa Bulan Ramadan
Siang turun bagai selembar kain
berwarna lalu perlahan-lahan bertukar
warna matari sirkah yang lembut.
Suaramu berkepak dan berkumandang
di angkasa raya bulan Ramadan
aku memadang ke sukma samawi
seakan berkata, aku sendiri di sini
kirimkan tamu-tamumu.
Ya Rabbi, kalau aku mengulang-ulang
kecintaan ini pada-Mu
kerana aku masih di sini
menyempurnakan puasa
untukmu.
Aku telah jauh mengharung lautan
dan benua
di tanah peribumi ini
kuda semberani dan gazel
kubawa pulang dan makan berbuka.
73. Selepas Sungkai Ramadan
Sendiri menaksir gerak jarum jam dinding
pintu malam terbuka luas
kegelapan meminggir memberi laluan
pada cahaya.
Aku bukan pelari yang anggun
tapi, lambat-laun aku tiba di garis terakhir.
Malam telah berangkat dari
sukma
siang akan datang
dengan cahaya
setelah siang pergi
ia akan tinggal sampai kiamat
gelap yang berkepak
tak akan hinggap
di dahan sukma.
Kau telah baiat
di tangan samawi
dan sesudah ini kau tak akan pergi
sebagai petualang atau penderhaka
cahaya penuh purnama
kebenaran di tanah peribumi.
Pohon mangga yang tumbang
buahnya manis dan membuka selera
kerana tangan yang menanam biji semalam
telah berniat sesiapapun boleh
mengecap buahnya.
Menatap bulan Ramadan
dari jendela sukma
tiap malam mendatang
kau terus berkembang
dan mengirimkan cahayamu
kepada yang mendambakan.
74. Tazkirah Diri Bulan Ramadan
Aku telah memanggilmu
gema suaraku melantun sampai
ke rumahmu di hujung kota.
Kau pun tak dapat berdalih
matari telah menukar wajah
langit dan laut kepulauanmu
setenang Nabalu ketika mendung
telah berangkat.
Pengembala kambing
bimbang tak sudah
Mengapa kambing makan rumput
di kebun orang.
Di lereng bukit
ia memanggil binatang ternaknya
Yang jelas, tak mungkin tersesat
kerana kambing-kambingnya
biasa pulang sendiri.
Sekarang musim memburu
daging hewan buruan mendapat
tempahan tinggi, apalagi kambing liar
di lereng bukit.
Yang nyata sudah lama hutan
bertukar wajah, bukit gondol.
Binatang liar telah menjauh
ke hutan jati dekat sempadan.
Kau telah pulang ke lubukmu
air telah pasang dalam
kapal telah menarik sauhnya
mulakat di lain purnama.
75. Selamat Hari Raya Aidil Fitri, Id Mubarak 2014
Pintu nikmat kelazatan bulan Ramadan
telahpun berakhir dengan munculnya
anak bulan pada langit .
Tekad dan dedikasi melangkah
ke arah kebaikan meninggalkan jauh
kejahatan yang menggoda
yang menjanjikan dunia fana.
Kemenangan rohani adalah
membenarkan sinar langit
masuk ke dalam sukmamu
menghapuskan titik-titik hitam
dan mengalirkan air bertakung
menjadi air terjun yang dingin.
Rahmat-Mu sekalian alam
yang mendengar panggilan
Kaulah penerima taubat
kami tak akan berhenti
mencari redah-Mu siang malam
keluar sebagai pemenang ulung.
Perlumbaan menatah hidup
putus asa bukan pegangan.
Kelemahan silam, debu tak berpaut
kebencian pada dosa
keberanian yang nekad
kebaikan demi kebaikan diraih.
Tiada kerinduan kembali
pada kegelapan manis memikat
pada dosa-dosa yang mengurung
menolak dan menghalang cahaya masuk.
Kami telah berjalan ke arah-Mu
sekalipun maut menjemput
di situ kami berbaring paling dekat
ke destinasi perjalanan pulang.
Kami akan selalu beringat
tak akan melampaui batas
Kami datang menyerahkan diri
bagai Ismail siap untuk dikorban.
Kaulah penerima taubat.
Jauhilah kami dari azab-Mu
Jauhilah kami dari hukuman-Mu.
Kami akan menyerapkan rahmat-Mu
dan tak akan berpaling setelah
kebaikan telah Kau berikan.
Kami tak akan berputus asa
Sepuluh hari pertama Ramadan
kami mengharapkan rahmat-Mu
Sepuluh hari pertengahan
Kemenangan Taubat
Dan sepuluh hari terakhir
adalah keselamatan dari jahanam.
Ya Rabbi, biarlah sari Ramadan
mengalir dalam sukma mendarah daging.
Id Mubarak, terucap dari jiwa yang ikhlas
bebaskan kami dari mimpi-mimpi gerun
jauhkan kami dari perpecahan ummah
satukankan kami dalam meraih kebaikan
melangkah dengan pengorbanan
dan semangat solidaritas.
Kemenangan meninggalkan kejahatan
Kedamaian ummah dan manusia sejagat
Lindungi pada mereka di daerah perang
dan menemukan jalan pulang keamanan.
Berikan kurnia, taufik dan hidayat
pada orang tua
Kami berlindung dari meninggalkan
kebenaran hakiki.
Tangan samawi yang kami pegang
tak akan kami lepaskan
Kami memulai jihad kebaikan
dengan kasih-sayang tanpa darah tumpah
Kami berjihad mengembangkan sayap
mencari dan menebar ilmu.
Berilah kekuatan jati kepada semua
pemimpin kami dalam semangat hidup
berbilang kaum dan ugama
dalam keadaan teruji dan cabaran
makmurlah negara yang tercinta.
*Tersiar Di Utusan Borneo 3 Ogos 2014
76. 1 Syawal, Id Mubarak
1 syawal jatuh di atas ribamu
anak bulan di perdu sukma
Kau tak ingin melepaskannya
tapi, semangat dan pengorbanan
kaubawa ruh Ramadan dalam
langkah dan perjuangan.
Kau telah meninggalkan
persimpangan dan berjalan terus
tanpa menoleh atau berhenti
Tekadmu mengakhiri musim
meraih purnama demi purnama.
Di Aidil Fitri ini, kerinduanmu
telah digenapkan dan sempurna
Eid Mubarak, Eid Mubarak
degup jantungmu dapat dirasakan
kita berdakapan dalam suasana
persaudaraan yang kukuh dan
dijalin dengan kasih-sayang.
Kau mengucapkan doa
dalam ingatan pada
orang yang teraniaya,
lemah dan sakit.
Kedamaian dan keselamatan
pada warga manusia
dan jalan penyelesaian
kanca peperangan.
Kepada anak-anak yang
lahir hari ini dan esok
berhak untuk menghirup udara
baru dan segar.
Hentikan darah mengalir
dan pembunuhan
kerana kebencian dan dendam
akan melahirkan keangkuhan
kekejaman dan kezaliman.
Tunas-tunas baru akan tumbuh
kembang bunga dan langit pelangi
dunia baru yang gemilang.
Yang dijagai sampai akhir zaman
Keselamatan dan perlindungan-Mu
adalah janji-janji kebenaran
dan kau tak perlu bimbang
kemenangan adalah saksi-saksi
yang tak mungkin dia mungkiri.
77. Rindu
Ramadan
Dalam peralihan waktu
samawi mengirimkan air dingin
di lembah sukma
di tanah peribumi ini
rindu Ramadan Al Mubarak
menunggu anak bulan
di persada langit
bermula halaman perjuangan
meraih buah kemenangan.
Musim memetik tiba
buah-buah manis di pohon
dan kau tak pernah puas
langitmu telah memberi isyarat
tahun ini para musafir
telah menghulurkan tangan
kata-katanya lunak dan menawan
doa-doa yang terkabul
janji-janji yang sempurna.
Ramadan Al Mubarak
pintu samawi terbuka
malam-malam tahajud
doa-doamu seperti
taburan bintang gemerlapan
cintamu telah tertanam
akarnya menjunam dan
tak akan musnah dalam
seribu kurun.
Kau telah melihat
kebenaran itu adalah
taman-taman indah
terus dijagai sekalipun
dalam zaman gerhana
Ramadan Al Mubarak
sapuan kalbu
dengan air samawi
damai pada tiap malam
adalah perjuangan
pada tiap siang
meraih qurub-Nya.
Ramadan Al Mubarak
pada jiwa yang tenteram
wajah tawajuh
Inayat-Mu
tak pernah berhenti mengalir
iradah-Mu
purnama gemilang.
78. Mubarak Datangnya Ramadan
Kusambutmu dengan zikir Ilahi
dalam tangis doa langkah padu
titis-titis masa dan gunung bertahan
langit yang tersingkap
dan rahsia zaman merekah
lalu membacanya tenang dan
menemukan makna-makna tersirat.
Ramadan Al Mubarak
kau datang dan menghulurkan
tanganmu
aku telah jauh berjalan
dan pulang ke riba-Mu
suara-suara itu mengiyang-ngiyang
sampai ke perdu kalbu
jalan pulang yang selamat.
Lepa-lepamu telah
belayar ke dalam sukma malam
dan kini memasuki sempadan
negeri kenanga
mubarak datangnya Ramadan
huruf-huruf dan kalimat-kalimat-Mu
hidup seperti cahaya purnama penuh
aku sirna dalam lautan maghfirat.
79. Damai Ramadan Al Mubarak
Menjelang Ramadan Al Mubarak
dua kalbu telah ditemukan
langit merelakan dan lautanmu
damai.
akhirnya aku mendakapmu
bulan purnama
dalam doa-doa terkabul.
Ramadan Al Mubarak ini
kita berkumpul
dalam satu bahtera
belayar ke lautan luas
mendung langit telah beredar
Di malam tarawih
kau baca kalimat suci
kalbu yang tawajuh
Ya Hafiz, Ya Aziz
kau telah menanggalkan
pakaian kotor
kini kau datang pada-Nya
sebagai kadim siap diberi perintah.
80. Ramadan Al Mubarak Di Tanah Peribumi
Aku menyambutmu,
Ramadan Al Mubarak
kasih-Mu mengalir
dari samawi
berkumpul kami
rahmat dan terkabulnya
doa.
Kerinduan anak yang pulang
mimpimu itu telah digenapkan
hadiah langit buat ibu tua
purnama berkaca di matamu
air danau mengalir dari sukma.
Apa lagi yang kau harapkan
pada malam pertama melihat
anak bulan di kaki langit
isyarat bermula
Ramadan Al Mubarak.
Sepanjang bulan
sahur dan berbuka
aku akan meneguk air
dan menelan nasi
dari tangan seorang ibu tua.
Ya Rabbi,
bagaimana mungkin aku
berdalih pulang dari rantau
Ramadan Al Mubarak
di tanah peribumi
penyempurnaan sebuah janji
seorang anak buat ibu tua.
81. Datanglah Ramadan Al Mubarak
Hujan khatulistiwa
merembes ke dalam sukma
jendela waktu terbuka
tanah peribumi basah
menjelang Ramadan Al Mubarak
angin samawi bergerak
ke arah halaman
keluarga berkumpul.
Penungguan datangnya
Ramadan Al Mubarak
makin dekat
rumpun bambu di desa purnama
berkasidah dan berzikir Ilahi
di sini kita meraih samawi
cinta tawajuh dan tazkirah diri.
Anak bulan yang muncul
di tabir langit
lambang kedamaian
persaudaraan sejagat
kasih-sayang dan khabar suka
pada gunung yang bertahan
dan air terjun mengalir ke lembah
menyejukkan dan melepaskan
dahaga musafir.
Ramadan Al Mubarak
membebasmu dari belenggu
memanggilmu dengan harapan
dalam solat tarawih dan tahajud
layarmu berkembang
tangismu bergema
sampai ke bintang dan cakerawala.
Kasih-sayangmu
merangkum jauh
ke orbit baru
Ramadan Al Mubarak
meleburkan dendam kesumat
permusuhan berdarah
kezaliman sejagat.
Ramadan Al Mubarak
datanglah
seperti air salji pelepas
dahaga musim kemarau
di tanah peribumi
kami menunggumu.
82. Munajat Dan Ramadan
Ramadan Al Mubarak
semakin dekat
telinga ini
mendengarkan samawi
lidah meluncurkan
doa-doa dan zikir Ilahi
dengarlah degup nadi
redah dan pasrah
kau datang
kembang harum bunga
di taman musim memetik.
Kau telah siap
turun menyambut
malam pertama
melihat kanvas langit
anak bulan di perseda
bermula perjuangan
dan genapnya penantian
kau mendakapnya
gelora cinta dan pengorbanan.
Padamu
di negeri terkatung-katung
di lautan samudera
daerah gempa
dan tanah sempadan
kota-kota rawan dan
desa-desa lembah pergunungan
dan tanah peribumi
angin samawi
membawa berita gembira.
Ramadan Al Mubarak
telah datang menyempurnakan
harapan dan salam itu bersambut.
83. Salat Tarawih
Kita berkumpul meraih samawi
malam penuh ganjaran dan berkat
mendirikan salat Tarawih bulan suci
Ramadan Al Mubarak setahun sekali.
Engkau dekat dan mendengar doa
Inayat-Mu datang dalam gemilang
pintu maghrifat-Mu terbuka luas
Zikir Ilahi dengan jiwa takwa.
Tidurmu sedikit di malam Tahajud
istighfar diucap dari mulut yang bersih
menemukan malam Lailatul Qadar
tiap kalbu mendambakan kurnia-Mu.
Di mana pun engkau berada di rantau
kerjakan salat Tarawih dengan tekun
berdiri ummah dalam satu barisan
bahu membahu di belakang imam.
84. Doa Bulan Ramadan Al Mubarak
Aku mendekati-Mu dalam tenang Ramadan
Kau memanggil dan memberikan harapan
samawi mendengar doa tengah malammu
mengalir kalbu yang sedar dan pasrah.
Telah kulepaskan belenggu dunia
kerana jawabnya hanya ada pada-Mu
noda-noda yang bertukar malam
telah beralih meninggalkan langit siang.
Gempa di tanah sukmamu telah berlalu
janji kemenangan hanya mengenal-Mu
kekerasan adalah tindakan merugi ummah
biasakan lidahmu berzikir Ilahi dan istighfar.
85. Aid Mubarak Berakhir Ramadan
Id Mubarak, dunia mendengar ucapmu
suaramu sampai pada perbatasan daerah perang
masuk ke kota metropolitan dan desa terpencil
salam tulus ini berterusan dari kalbu pasrah.
Id Mubarak, damai tanah peribumi ini
tenanglah samudera lautan amarahmu
terbanglah kau burung serindit di langit terbuka
ketenteraman kalbumu berteduh di bawah pohon sena.
Id Mubarak, musim kering telah berlalu
tamanmu bertukar wajah pelangi di hujung tanjung
khabar syafaat ini telah sampai ke pojok benua
kemenanganmu membawa islah yang abadi.
Id Mubarak, keamanan sejagat takbir bergema
Ramadan, di pelabuhan ini kita berpisah
seperti isyarat samawi turun di malam takdir
kudakapmu dalam persaudaraan umatun wahidah.
86. Hadiah Samawi Ramadan
Engkau telah menyempurnakan mimpi ini
Ramadan turun dalam kalbu yang pasrah
aku tak mendambakan selain kehadiranmu
bersamamu mama, hadiah samawi.
Aku melihatmu seperti melihat hadirnya
anak bulan di pojok langit Ramadan
matamu membawa khabar gembira
kasih-sayangmu seperti matari musim bunga.
Kau ma, lembah gunung tetap hijau
malam-malammu mimpi-mimpi benar
firasat yang zahir kelazatan mengalir
lidahmu selalu menitipkan doa tulus.
87. Solat Tarawih Akhir Ramadan Al Mubarak
Kau berdiri salat Tarawih malam Ramadan
surah demi surah kau baca tenang dan teratur
langit dan bumi seperti tak ada batasan
sukmamu khusuk datang mendekati-Nya.
Alam seakan merebahkan dirinya
kesabaran bumi tak ada tandingnya
Engkau, Tuhan Rahman memberi tanda
kemurahan-Mu tujuh petala langit dan bumi.
Malam serba damai menyerap dalam sukma
dari telaga-Nya, kau minum tak pernah puas
pintu maghfirat terbuka luas pada para mutaki
fikir dan jiwamu terbang serangkai ke langit-Mu.
Ramadanmu senantiasa dilindungi dan terpelihara
kau datang dan pergi disulami doa-doa kerinduan
kesabaran ini telah meredahkan kebimbanganmu
jiwa yang tenteram kembalilah pada Khalikmu.
88. Meraih Dan Pergi Ramadan Al Mubarak
Kasih-sayang-Mu meliputi langit kalbu
kau adalah purnama penuh ditunggu
di tanah ini kau telaga senantiasa penuh
kau, pohon sena, musafir henti berteduh.
Lautmu damai dan pulaumu selalu tenang
mimpimu benar firasatmu mengalir jauh
kata-kata doa diucap bersimbah air samawi
balas panggilanmu sampai kiamat mendatang.
Kalimat-Mu kebenaran samawi malam Ramadan
berjalan di pelantaran bumi kepala menunduk
salam terucap di penjuru siang dan malam
melepaskanmu detik kerinduan pun bermula.
Perjalanan ini telah dimulai selangkah ke depan
putus asa sifar dalam pembendaharaan kata hidup
dengan tali-Mu, kau berpegang kuat tanpa menoleh
sauh diangkat bahtera syafaat belayar ke laut lepas.
89. Genap Semusim Ramadan Al Mubarak
Kau telah mendekati garis penamat
langkahmu bergerak ke pintu samawi
gema tilawat melunakkan kalbumu
semakin hampir langit berdandan.
Suara muazin mengumandang azan
menara putih kebenaran kurunmu
anak bulan di langit Ramadan
keagungan-Mu kemenangan abadi.
Ya Rabbi tunjukkan aku bagaimana
berdoa dawwan dan qurub pada-Mu
kelazatan Lailatul Qadar turun
mengalir penuh dalam kalbu abid.
Ramadan Al Mubarak genap semusim
melepaskanmu sekarang terlalu berat
selalu ada perjuangan dan harapan
langkah berakar takwa dan berjiwa istiqamah.
90. Lailatul Qadar Ramadan Al Mubarak
Kau datang bersujud memanggil nama-Mu
bermunajat dan gema doamu di pojok masjid
iktikaf purnama gemilang langit Ramadan
samawi diketuk dengan tawajuh dan salawat.
Hari-harimu penuh istighfar dan zikir Ilahi
kau tilawatkan Al Qur'an dan memetik buahnya
kata-katamu bersimbah air takwa merendah diri
tindakan dan harapan menyatu dalam satu tubuh.
Doa kau ucapkan seperti air tak berhenti mengalir
benteng pelindung dan perisai pengampunan
tiada syafaat tanpa keyakinan dan mengikutimu
kalimatmu Rasulullah hidup dalam pengucapan.
Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa fu annee
manis dan lunak sepotong doa terucap tulus
10 hari terakhir membawa perubahan abid
Ramadan penampakan dan kedekatan-Mu.
Engkau penerima taubat yang datang pada-Mu
kembali kau ke riba malam dengan keinsafan
cahaya-Mu menerangi tiap kalbu mendambakan
Lailatul Qadar malam takdir serba damai.
91. Sepuluh Hari Terakhir Ramadan
Ini adalah sepuluh hari terakhir
aku melangkah dengan kakimu
dan bertahan dengan sukmamu
Setiap kata, gerak dan tindakan
mengharapkan pengampunan-Mu.
Ini adalah sepuluh hari terakhir
gema tangis memanggil samawi
aku datang pada-Mu menyerah
dunia pergi seperti angin lalu.
Ini adalah sepuluh hari terakhir
Kau menghalau noda-noda hitam
menggantikannya dengan purnama
kilauan cahaya-Mu telah menawan
kegelapan panjang sampai ke akarnya.
Ini adalah sepuluh hari terakhir
tanpa inayat-Mu aku terbawa angin
terpelanting dalam penyesalan diri
tanpa tempat berpaut tanah berpijak.
Ini adalah sepuluh hari terakhir
aku mendekati-Mu merendah diri
pengorbanan meraih kemajuan rohani
janji-Mu tetap akan sempurna.
92. Munasabah Ramadan
Kau telah menjalani siangmu
ketakutan dan kesedaran singgah
saling mendukung mencari dahan
kegelapan datang menghendap.
Ada gemuruh angin laut datang
membawa hujan dan gelombang
kau seakan berkata maafkanlah
janji terucap dan panjang gemanya.
Di tepi danau kau melihat purnama
mengembang dan tinggi menjauh
kilatan cahayanya di atas air
matamu melihat dan merakamnya.
Kalau kau datang sekali di pinggir malam
datanglah sebagai sahabat kau rindukan
bukan musuh durjana yang berselindung
dalam bayang-bayang malam memanjang.
93. Pengunsi Malam Bulan Ramadan
Kau telah menjalani siangmu
ketakutan dan kesedaran singgah
saling mendukung mencari dahan
kegelapan datang menghendap.
Ada gemuruh angin laut datang
membawa hujan dan gelombang
kau seakan berkata maafkanlah
janji terucap dan panjang gemanya.
Di tepi danau kau melihat purnama
mengembang dan tinggi menjauh
kilatan cahayanya di atas air
matamu melihat dan merakamnya.
Kalau kau datang sekali di pinggir malam
datanglah sebagai sahabat kau rindukan
bukan musuh durjana yang berselindung
dalam bayang-bayang malam memanjang.
94. Tenggelam Dalam Tarawih Ramadan
Kau telah diperingatkan kelazatan beribadat
Ramadan seperti kembang harum bunga
berlinggar dalam udara malam purnama penuh
Ketika imam mengangkat tangan mengucap takbir
membaca ayat-Mu dengan tertib dan lancar
kau berdiri bahu-membahu mendengarkannya
waktu seperti air dingin turun ke muara kalbu.
Makin jauh ke dalam Ramadan bualmu kurang
di pojok kau menyendiri dengan tabir terpisah
menjauh percakapan sia-sia dan bergunjing.
95. Khemah Ramadan
Kau dakap Ramadan sekalipun
terdampar di tanah sengketa
bila akan berakhir kemelut ini
siang telanjang malam panjang.
Hawa panasmu tak mengendurkan
niat bersih meraih-Mu Ramadan
apapun kalbu ini telah nekad
tak akan berubah kerana kemiskinan.
Di khemah ini kami membaca samawi
ribut datang dalam suasana perang
di tanah peribumi ini kami melarat
pembunuhan dan kekejaman tak bermata.
Maut seperti helang menyambar mangsa
kami bernafas dalam udara jerebu tebal
gema suaramu tertahan pada kerongkong
kau masih bisa tersenyum dan berdoa.
Salam pada saudaraku di tanah jauh
segala derita yang ditusuk ke dadamu
tak akan kami lupa padamu dalam doa
kesakitanmu itu tak bersempadan.
Tuhan Rahman menghulurkan tangan
kasih-sayang-Nya tak ada batas
Ramadan Al Mubarak membawa hujan
melepaskanmu dari musim kemarau panjang.
96. Jiwa Yang Takwa Ramadan Al Mubarak
Matamu memandang pada langit Ramadan
syukur terucap berulang dalam jiwa raga
bulan suci membersihkan diri dan islah
kemenangan rohani perjuangan meraihnya.
Pelihara langkahku dari takabur dan sombong
lipatkan ganda perjuangan ini mendekati-Mu
yang miskin, jiran tetangga, dan sahabat
cintamu pada mereka yang berhak terima.
Lekatkan di hati ketakutan pada-Mu
biarkan hidup bersih, suci niat dan takwa
jauhi sengketa, pertengkaran dan kerosakkan
berjalan rendah diri dan cinta kedamaian.
Ya Rabbi, setelah beribadat kepada-Mu
kami tak lupa hak orang dalam kesusahan
Engkaulah Rasulullah teladan yang terbaik
sirat dan sunnahmu cahaya purnama penuh.
97. Menunggu Azan Maghrib
Ma, matari turun dengan tertib
wajah langit lembut dan tenang
menunggu gema azan dari menara
kedamaian sebuah danau.
Sinar mata tuamu ketenangan abadi
tangan menanak sentuhan kasih
air yang kuminum dingin gunung
nasi yang kutelan masakanmu.
Urduga, kembang dalam taman-Mu
kau telah mengenal leluhurmu
bentengmu dibina kekuatan doa
perisaimu menahan panah-panah api.
Ma, kau telah menidurkan puteriku
nazam kau nyanyikan keagungan Tuhan
tangan samawi memegang tangannya
melangkah bersama ke negeri matari naik.
98. Hulurkan Tangan Dalam Ramadan
Hulurkan tanganmu pada bumi
tadah tanganmu pada samawi
cahaya cinta mengalir dari kalbu
pada sepasang mata terselindung.
Kemegahan gunung pun menunduk
dada samawi merapat pada tanah
Ramadan air dingin pada kemarau
membebaskanmu dari malam panjang.
Ya Rabbi, Kau gerakkan hati kami
tanpa bosan dan mengeluh panjang
mereka ingin lepas dari belenggu
gaung kemiskinan dan kelaparan.
Berikan aku kekuatan menarik tanganmu
dan sayap bawamu terbang ke samawi
sesaat terlalu lama membiarkanmu
jurang semakin melebar dan menjauh.
*Tersiar Di Utusan Borneo 12 Julai 2015
99. Purnama Penuh Ramadan
Tidurmu berat dengan jadual
tubuh peka dalam Ramadan
seperti jam dinding ma bangun
tanpa berkata ia siapkan juadah.
Purnama penuh di atas kepala
malam mengirim mimpi benar
Tahajud di seperempat malam
kau tunduk mencium samawi.
Ramadan datang kemilau cahaya
menyemat rindu dan cinta abadi
dalam kesederhanaan kami dakap
hadir-Mu sempurnanya sebuah janji.
Ma, doamu telah melahirkan buah
benihnya telah menjadi pohon sena
akarnya tahan dalam segala musim
cukup air dan cahaya khatulistiwa.
*Tersiar Di Utusan Borneo 12 Julai 2015
100. Lintas
Fikir Malam Ramadan
Senja menitis langit laut merah
lepa-lepa berhanyut ke laut lepas
memandang tanah leluhur sekilas
angin gunung membawa harapan.
Kau tabur kuntum-kuntum janji
bertaburan di laut sukmamu
bintang malam kau pulang sendiri
menafsirkan mimpi silammu.
Ribut jerebu hanya membawa maut
gema suara itu tak menjanjikan
kematian di malam-malam jahanam
meragut impian seorang pendamai.
Kasih-sayang bukan pada dendam
mengabuimu dengan kata memikat
wajah seorang algojo di siang keliru
tanpa bumi untukmu berpijak.
*Tersiar Di Utusan Borneo 12 Julai 2015
101. Pacu Kuda Semberani Bulan Ramadan
Langitmu senantiasa tersentuh
bumi berpijak tetap bertahan
kalau kau tak membaca
tak akan merubah haluan.
Arus sungai tetap mengalir
lautmu tenang pulau menjauh
kau cari mimpi dalam seribu malam
lalu qasidah hati terucap.
Kau pacu kuda semberani
tujuh lapis langit terkuak
rahsia malammu tersingkap
purnama penuh harapan.
Aku menegurmu dalam isyarat
tangan yang menjabatmu
tak akan melepaskannya
sekalipun gempa di bumi nurani.
102. Ramadan, Ramadan
Dari keramaian aku masuk ke dalam sunyi
ketenangan lembah gunung waktu pagi
bau rimba dalam udara khatulistiwa
samawi mengirim gerimis ke bumi leluhur.
Kini telah datang musim turun memetik
purnama di langit menghalau kegelapan
rindu tertebus salam bersambut
danau bergenang kemenangan sukma.
Aku telah masuk ke langit purnama
menghirup udara-Mu dan melafazkan zikir
kelangsungan hidup genapnya janji samawi
pelangi turun di taman kembang bunga.
Kata-kata bergema dalam doa berkepak
aku telah menyahut panggilan-Mu
hujan-Mu turun dengan kecukupan
tiada ditinggalkan demi meraih-Mu.
103. Takiding Ramadan
Menjelang purnama Ramadan
memandang langit
seperti sehelai sutera
kasih-sayang-Mu
seperti air dingin turun
dari lembah gunung.
Geduk dipalu
muazin mengumadangkan azan
bagai cinta telah sempurna
lafaz seorang kekasih.
Berita musafir pulang
telah sampai
di halaman seorang ibu
telah lama menunggu
malam itu ia bersujud
Kau telah mengabulkan doa.
Kapal telah berlabuh
anak kapal menurunkan sauh
rindu tanah daratan
kembang kenanga
udara khatulistiwa.
104. Ramadan di wilayah perang
Mereka ingin mencemar langit Ramadan
kegelapan relung hatimu telah mengental
nur samawi ini bulan purnama penuh
menghalau awan mendung menebal.
Seperti gunung bergerak dalam senyap
grenade meletup ketika kau bersujud
udara jerebu menutupi ruang masjid
suara terperangkap maut bergelimpangan.
Darah membekas pada lantai dan tiang
tubuh-tubuh terdampar parah dan kaku
mengerang kemudian diam dan hening
sinar matamu redup kehilangan cahaya.
Malam perih turun ke dalam sukma
seperti siang yang luka dan binggung
tiap pertanyaan terkumpul tak terjawab
ketenteramanmu dilanda gempa gunung.
*Disiarkan di UB 25 Jun 2017
105. Ramadan Menawan Sukma
Bulan mengembang di langit Ramadan
Sajian di suatu
malam
menunggu solat tarawih.
Di negeri kemelut jatuh korban
maut menyelinap dalam gelap
menconteng pada dinding langit
dengan darah saudara muslimin.
Kegilaan taufan kini
melanda ummah
kasih-sayang sirna dalam takaran waktu
amarah menjadi kegilaan
menuba udara langit ramadan.
Samawi telah menurunkan hujan
telaganya tetap bergenang air
musim semi di
tanah benua
bahteramu berlepas di laut luas.
Pada tanah gembur
pohon sena berdaun lebar
di situ berteduh musafir
samawi tak akan dikalahkan.
Di lidahmu melafazkan cinta
larut dalam
Zikir Ilahi
keindahan dalam doa-doamu
telah menawan sukma.
*Disiarkan di UB 25 Jun 2017
106. Ruh
Ramadan
Kau perisai dari api amarah
datang dengan cinta hakiki
Ramadan air bening dari samawi
menyejukkan tanah tandus.
Kau pendengar gema suara
yang menjawab qasidah hati
dalam peralihan malam siang
ada satu waktu menjadi sempurna.
Akar takwa bertunjang pada itaat
sungai-Mu mengalir air manis
tak pernah kering dalam semua musim.
Sifat-Mu, sattar menutupi kekurangan
menghapuskan
titik-titik hitam
menconteng dinding kalbu
dalam jaringan waktu.
Salawat dan salam terucap
dari lidah tak pernah letih
sarat nafasmu
dalam Zikir-Ilahi
Mujizat Al-Qur'an
Merubah langit dan bumi jadi damai
tenteram
sepanjang zaman.
*Disiarkan di UB 25 Jun 2017
107. Menadah tangan dalam Ramadan
Aku menadah tangan berdoa
setenang lautan di waktu malam
bahtera belayar
menuju ke pulau damai.
Dalam doa dan harap
debu-debu perang meliar
gema suara mencari kedamaian
tapi amarah mencengkammu
maut menerja ketika kau tak jaga
anak bulan di pojok langit dan
ada suara sedang menilawat Al-Qur’an.
Kedamaian kalbumu terseret
angin sahara telah menyeberang sempadan
pada purnama impian sempurna
kebenaran telah menawan
lembah rawan, jauh dan gelisah.
*Disiarkan di UB 25 Jun 2017
108. Tazkirah
Bulan Ramadan
Kau pernah berjanji pada laut
pecah gelombang menghempas pantai kalbu.
Di rimbamu terpahat sepotong ayat
pada pohonan tinggi menjulang samawi.
Pada anak bulan terlukis harapan dan impian
hari terakhir
menjelang syawal.
kupegang tanganmu sampai ke pelabuhan.
Lihatlah lebah madu berterbangan
musim bunga
matahari di puncak menara putih.
Tiap sukma mendambakan pelega zaman.
pada sebuah kalimat
dendam masa silam adalah
komet terbakar hanggus.
Kita meniti dalam jembatan waktu
dari malam panjang
kembali pada inayat-Mu.
*Disiarkan di UB 25 Jun 2017
109. Tawajuh Ramadan
Kalbu tawajuh mendamba-Mu
hujan turun di lembah kemarau
menukar wajah pada tanah gembur
anak bulan di langit rindu.
Tahajud di negeri khatulistiwa
sukmamu pasrah merata bumi
seribu malam tumbang kerana hadirmu
kelazatan Ramadan Al Mubarak.
Kaujalani siang meraih samawi
ketika malam rebah dipersada-Mu
menghalau kegelapan
yang berlabuh dalam kamarmu.
Kehadiran-Mu cahaya bintang gemerlap
dingin malam menemanimu bercanda
bersujud dengan airmata
kata-katamu, kapal
sarat di laut-Mu.
Ya Rabbi, sempurnakan Ramadanku
sebulan kuraih-Mu tak ingin dilepaskan
Ketika anak bulan datang kedua kali
di langit-Mu isyarat kemenangan
lembah bertahan di bumi leluhur
tak pernah kalah pada amarah malam.
110. Mengangkat Martabat Diri Bulan Ramadan
Aku telah menyiapkan taman kembang bunga
menunggu datang Ramadan yang dirindukan
kini tujuh Ramadan dilalui kekuatan gunung
pertarungan mengalahkan belenggu amarah.
Perjuangan mengikis noda-noda bersarang
melewatkan air dingin pergunungan mengalir
membuka jendela sukma supaya cahaya masuk
menghalau kegelapan dan malam panjang.
Apapun yang aku lakukan di malam pertarungan
tanpa inayat-Mu aku mungkin terpelanting binasa
seperti debu kehilangan landasan untuk berpaut
terperogok di bumi mana atau hilang tak dikesan.
Ya Rabbi, aku telah melangkahi ke dalam taman-Mu
seperti musafir pada esok menemukan lembah hijau
setelah tak terhitung lama berkelana di padang pasir
kemenangan ini mendekatkan samawi dalam sukma.
111. Cucu Dan Nenek Di Bulan Ramadan
Doa mengalir bersama bertaut di muara
kasih-sayang melimpah dari dua sukma
tangan yang membelai jiwa menyerah
dianyam dengan takwa dan cinta Ilahi.
Cucu yang tumbuh akarnya bersemi
di lahan tanah peribumi air dari samawi
mekar kembang bunga di musim semi
Ramadan Al Mubarak talian kasih.
Anak bulan muncul di langit Ramadan
pengalaman bersama hati yang pasrah
ilmu mengalir dari kalbu ke kalbu
Tazkirah di bulan suci penuh rahmat.
Nenek yang memberi tangan terbuka
cucu menerima duduk di riba kasih
kemenangan dua kalbu meraih kurnia-Nya
kelangsungan hidup menawan dan berberkat.
112. Anak Yang Pulang Di Bulan Ramadan
Waktu senyap mengalir jauh
mimpimu telah sempurna
kepulanganmu rindu terubat
sekalipun siang telah condong.
Bulan Ramadan menemukan
anak dan orang tua di tanah leluhur
tiada yang lebih bahagia dan gembira
duduk berbuka dan solat berjemaah.
Doa-doamu adalah senjata makbul
yang mustahil Kau perlihatkan
samawi tetap tak akan melupakan
ketulusan dan kenyakinanmu ini.
Anak yang pulang di bulan Ramadan
sebenarnya pengobat ibu dan bapa
kehadiranmu telah membawa cahaya
tak akan redup sepanjang takaran waktu.
113. Bual Ramadan
Kau telah mengulum lidahmu
sekarang lebih banyak berdiam
bertasbih dan berzikir Ilahi
fikirmu terbang ke samawi.
Telah kau pilih gunung bertahan
dan lautan tenang di malam sepi
air dingin mengalir ke lubuk sukma
jernih dan manis sepanjang masa.
Musim meraih buah yang ranum
kebun tanah yang subur terpelihara
tiada yang dikecewakan dan hampa
kemenangan rohani telah dijanjikan.
Siang dan malam kau berlindung
dan menutupi kekurangan nyata
kedekatan pada-Nya bulan Ramadan
nikmat abadi sepanjang zaman.
114. Meraih Takwa Bulan Ramadan
Kau berjuang sejak hari pertama
meraih takwa dalam bulan Ramadan
kebahagian rohaniah amal sempurna
kerana-Mu puasa ini dikerjakan.
Dalam takaran waktu berjalan
kau ucap tahmid, tasbih dan tahlil
dan kau bina benteng kuat
yang tak roboh dimakan waktu.
Semua yang kau lakukan demi
Allah Empunya bumi dan langit
tiap kelalaian hadir dalam diri
akan dibenamkan didasar sukma.
Tiada kehormatan kepada mereka
membawahkanmu kerana kau berpuasa
Allah menjaga jemaat yang saleh
tak samakan dengan penentang kebenaran.
115. Tamu Di Bulan Ramadan
Menjelang maghrib di desa melati
tamumu singgah mengucap salam
langit merah suara azan bergema
air dan sebiji kurma masa berbuka.
Mengambil wuduk mengerjakan solat
selepas maghrib makan bersama
nikmat Ramadan sepanjang bulan
solat Tarawih bangun Tahajud.
Rindu Ramadan setiap tahun
tamu rohani datang berbuka
pintu samawi terbuka luas
Kau dekat mendengarmu.
Anak bulan di langit Ramadan
tiap malam meningkat usia
jiwa yang tenang mengingati-Mu
mengucap istighafar dan memuji.
116. Kalbu
tawajuh bulan Ramadan
Ramadan Al Mubarak
membawa angin dingin lembah
hujan semi di desa permai
gerhana di tanah seberang.
Bagaimana bisa menjauh dari-Mu
tanpa arah dan pulau impian
hilang di malam panjang
hanyut dipukul gelombang.
Lafaz istighfar lembut dan tulus
di malam-malam Tahajud
gunungmu anugerah turun-temurun
matari muncul menamatkan malam panjang.
Damai pada kalbu tawajuh
kerinduan ini mekar seribu seri
pelangi di kanta matamu
akhlak sempurna syafaat abadi.
Nilai
2017
*disiarkan di Harian Ekspress 18 Jun 2017
*Anugerah puisi YADIM dan Daily Express 19 april 2018
117. Hidayah Ramadan
Tamanmu mekar harum
himpunan kuntum-kuntum
berwarna-warni lembah kalbu
pelangi turun setelah hujan
samawi mengirimkan berita
lepas dari musim kemarau
dan belenggu malam panjang.
Dengarkanlah dengan telingamu
mata yang melihat kebenaran
tak akan melangkah dalam lumpur
penuh ranjau dan sembilu tajam
hadirnya nama-Mu dalam zikir Ilahi
Muhammad Rasulullah kekasih-Mu
menyambut-Mu dalam kesyukuran.
Kini tiba waktunya membaca senja
bayangnya mulai meluas ke alam maya
kalau kau khadim biarlah kadim
siap untuk dikorbankan
seperti Ismail di tangan Ibrahim
pengorbanan tanpa balasan
kemenangan rohani gunung bertahan.
Ini jalan kau tak akan menoleh
lurus ke depan pasti purnama
menyambutmu dengan kilauan
cahaya yang menghalau kegelapan
Jalan Hidayah Ramadan
adalah jalan Syafaat yang tak akan
membawamu ke dataran gurun kering.
118. Nafas Ramadan Al Mubarak
Degupmu tenang meliputi alam jagat
nafasmu kedamaian malam dan siang
kembali ke dalam diri mengenang-Mu
menyerapmu dan mengamalkan.
Samawi menurunkanmu dalam Ramadan
khazanah ilmu tak pernah tohor dan kering
baca dan resapkan air dingin melegakan
malammu jalani dengan doa-doa makbul.
Ke mana saja kau mengali di bulan ini
dengan sukma yang tulus pasti kau raih
musim menuai telah tiba di pelosok bumi
usah ketinggalan sekarang masa berpergian.
Gema Ramadan dari menara putih
burung terbang membawa pesan
seribu malam tak ada bandingan
nafas Ramadan wangi samawi.
Kau baca Al Qur'an terang dan jelas
dari Al Fathiha sampai surah terakhir
suaramu bergema menawan sukma
Ramadan Al Mubarak dirindukan hadirnya.
119. Bingkisan Doa
Honiara kutinggalkan kau sejenak ketika mentari
condong ke barat
kuseret langkah kaki sejambak warna rasa bulan Ramadan
Teksi bergerak ke Handerson Airport tenang
seperti tak terusik
penjual pinang di tepi jalan masih mencari-cari mata
pelanggan
terasa bau hujan di udara langit masih biru tak
berawan
air kelapa muda yang kuteguk semalam masih manis di
hujung lidah
kalian kutinggalkan sebelum sempat mengucap
salam
rindu rasa rindu wajah tergaul dalam segenggam kata.
Canberra kudatangimu sekilas pandang
musim dingin langit mendung bumi basah
kembang bunga tulip menanti sabar datangnya sinar
mentari
Ramadan kaulah ketenteraman menghibur dukalara
air yang cukup dengan takarannya cahaya yang menjaga
panen
sebuah taman pada langit biru bingkisan doa yang
terkabul
aku menyelusuri jauh ke dalam lembah suara hati
keselamatan itu hanya meninggalkan gelap malam kembali
kepada-Mu.
Canberra
18 Ogos 2010
120. Menunggu Raya
Aku tak pulang kampung
kerana memang aku tak punya kampung
di rumah sewa ini
adalah rumah kampungku.
Orang mabuk membelah-belah
raya di ambang pintu
aku masih duduk
menonton kegilaan
orang pulang dari shooping.
Orang beraksi di depan cermin
aku makan durian
musim durian turun RM$1.00 sekilo
Orang marah-marah
traffik berjela-jela
aku menarik nafas
tak berkata apa-apapun.
Peti suratku kosong
tak ada kad tahun ini
tak apa-apa.
Aku biasa sendiri
masa begini
aku masih merindukan ma.
***121. Lailatul Qadar Ramadan Al Mubarak
122. Ramadan
Datang
Ramadan datang
kasih sayang pada semua
cinta membawa rahmat
kebencian tak akan menang
kepura-puraan adalah kebohongan.
Ramadan datang
memadamkan api durjana
membongkar komplot derhaka
menyingkir kegelapan dalam rumahnya.
Ramadan datang
kezaliman tak akan jaya
siasah jahatmu kandas di air tohor
kemanusiaan juga yang menang.
Ramadan datang
persaudaraan sejagat
kemenangan golongan akhirin
akan merubah zaman selamanya.
Kota Marudu
Mei 2018
*Disiarkan Utusan Borneo 27 Mei 2018
123. Ramadan,
Damailah Kalbumu, ma
Damailah kalbumu, ma
malam-malam tawajuh
zikirullah di hujung lidah
sujudmu lama di sajadah.
Doa-doamu tak pernah terhenti
tiap kata-kata dipilih hati-hati
lalu semuanya terhimpun
dalam rindu dan cinta sejati.
Ketika kita ditemukan kembali
Ramadan Al Mubarak di ambang pintu
rindu yang telah digenapkan
pengabulan harapan di hujung hari.
Kuntum-kuntum kasihmu, ma
bintang-bintang hidup pada cakrawala
lembah pengorbanan sepanjang zaman
kemenangan sempurna.
Kota Marudu
Mei 2018
*Disiarkan Utusan Borneo 27 Mei 2018
124. Kasih-Mu
Menjelang Ramadan
Malam bercerita dengan keluh kisahnya
siang menunggu menjadikan mimpi suatu kenyataan
waktu tak berbalik langkah
rimbamu adalah saksi yang tenang.
Ribut gelombang telah meredah
kapal belayar menuju pelabuhan
kebimbangan di puncak
turun kembali ke jalan pulang.
Kau melafazkan ikrarmu
kerusi telah disediakan
tapi ini bukan persinggahan terakhir
jauh ke depan ada lagi stesyen berhenti.
Tiap mata melihat
isyarat apa yang kau akan katakan
apakah itu suatu harapan
yang pasti jalanmu sampai ke halaman.
Kasih-Mu di setiap jalan dan persimpangan
meraih kemenangan malam-malam tawajuh
beristinbat pada firman-Mu dan sabda Rasul
keindahan sepanjang Ramadan Al Mubarak.
Kota Marudu
Mei 2018
125. Air Serbat
Bulan Ramadan
Air serbat diminum bulan Ramadan
ketika datang waktu berbuka
kelazatan yang mengalir
seperti selepas kemarau
datangnya hujan semi.
Bagaimana mengucap syukur
Ramadan turun adalah kedamaian
seperti benih-benih rohani tumbuh
keasyikan beribadah dan beramal
tiap saat adalah kekuatan menolong
menenggelamkan amarah di dasar lautan dalam
kemenangan ketika berbuka.
Hari-hari bulan Ramadan
kata-kata mengalir dari ruh pensucian
doa-doa terhimpun dalam jiwa tawajuh
noda-noda hitam hanggus dalam cahaya samawi
pada pendakian ini berakhir dengan jaya
kau tak akan menoleh pada
kota rawan yang musnah.
Salam sepanjang Ramadan hakiki
kita mulai perjuangan ini
tilawat yang kau lafazkan
anak bulan di penjuru langit
malam-malam tarawih dan Lailatul Qadar
keyakinan kalimat Tauhid
cinta Rasul dalam lafaz dan tindakan
jalan qurub-Nya menuju ketenangan kalbu.
Kota Marudu
Mei 2018
126. Ramadan Tiba Amarah Hanggus
Pertembungan arus
laut berubah
tanjung tenggelam
kebimbangan menyerap
pertanyaan tak terjawab
gerak suara hati
mengiyang mencari
bumi bertahan.
Berakhir satu
bab perjuangan
mimpimu tumpas
persoalannya
kau masih lambat
melihat siang telah datang.
Hati yang terluka
masih merayau
hanya dalam satu malam
gunungnya runtuh
gempanya sampai
pada kalbu yang lara.
Cahaya turun
menggulung resah sezaman
apa yang kau tunggu
benih yang disemai
telah tumbuh
Ramadan tiba
amarah hanggus menjadi debu.
Kota Marudu
Mei 2018
127. Nikmat Ramadan
Tilawat Al Qur'an sepanjang Ramadan
firman Allah direnung dan tafsir
damai pada kalbu-kalbu tawajuh
nikmat kembang mewangi.
Tenang air di danau kasih-Mu
malam-malam tafakur tahajud
samawi dekat tanpa sempadan
falah dan najat kemenangan rohani.
Pertembungan langit dan bumi
kau memilih pelabuhan abadi
seribu malam terlalu pendek
untuk menyempurnakan perjuangan.
Purnama di menara putih
membaca bintang di langit malam
gerak bumi isyarat di lembah gunung
kebenaran nubuwat tak akan berubah.
Kota Marudu
Jun 2018
128. Tilawat Dalam Bulan Puasa (*UB)
Kumulai tilawat Al Qur'an
suatu pagi hari pertama puasa
perlahan lafaz ayat-ayat-Mu
perlahan-lahan matahari naik
perjuangan dengan langkah pertama
perjuangan yang dirahmati.
Kumulai puasa di tanah leluhur
ibu tua mengumpul tenaga
tiap saat juga adalah perjuangan
tiap saat juga adalah kasih sayang
Ramadan Al Mubarak
menghimpun cinta dan kenangan.
Kumulai perjalanan rohani
pintu samawi dan iradah-Nya
pohon takwa tumbuh di dalam kalbu.
Kota Marudu
Mei 2019
*disiarkan oleh Utusan Borneo 2 Jun 2019
129. Ramadan Jiwa Yang Tenang (*UB)
Pada gelombang laut
bumimu yang berdarah
langitmu yang terconteng
kalbumu yang terhiris
engkau yang di dalam penjara
kerana akidahmu seorang muslim
musuh-musuhmu yang terus merancang.
Engkau, pelarian di tanah asing
mengharapkan kedamaian panjang
gempa di bawah telapak kakimu
letusan di atas kepalamu
kamu masih menjadi sasaran
maut datang dari enam penjuru
Ramadan Al-Mubarak,
datang ke lembahmu
anak bulan pada langit tawajuh
doa-doamu dari orang-orang yang dizalimi
Tapi, kasih sayang dan kekayaan rohanimu
membawamu melangkahi sempadan nafsi namarah
membawamu ke taman Islam sejati
Salam dan salawat atas junjungan kami
hidup Tauhid Ilahi
hidup jiwa yang tenang.
Kota Marudu
Mei 2019
*disiarkan oleh Utusan Borneo 2 Jun 2019
130. Tilawat Ramadan
Damai lautan kalbu
menunggu hadir kasih Ramadan
bulan khalis di persada
samawi menyambut
salam sang kekasih.
Lafaz tilawat malam-malam
Ramadan datang seperti air dingin
setelah berhenti dari perjalanan jauh
kelazatan ibadah dalam takaran waktu.
Debu-debu yang terperogok
di tiap penjuru kegelapan
terusir dan bertebaran
menyingkap ruh kebenaran abadi.
Dalam perjuangan ini
pensucian kalbu yang meresap
demi kemenangan membebaskan
dari nafsu amarah.
Kota Marudu
Mei 2018
131. Anak-anak di Malam Tarawih (*UB)
Anak-anak kecil bermain di halaman
seperti menunggu kelahiran anak bulan
malam tarawih turun ke mesjid
dunia mengendur jauh
saudaraku, kau tak dilupakan
dalam himpunan doa dan hulur tangan
seperti bunga mawar terenjis air.
Beri kami kekuatan menolong
biar kami hidup dalam nur-Ilahi
kelaparan dan dahaga adalah kekuatan kami
biar dalam takaran waktu
lidah kami lembut menilawatkan kitab-Mu
biar kalbu kami dingin dan tawajuh.
Anak-anak burung dara
kini telah terbang di samawi
sahur di waktu pagi
tahajjud di malam panjang
bunga rampai di persada kalbu
berita kemenangan ini
penyempurnaan cinta Ilahi.
Ramadan Al Mubarak
membakar dosa-dosa kegelapan
Engkau, Yang Maha Agung dan Maha Perkasa
inilah malam-malam kurnia dan hidayah
inilah pensucian diri, inilah kedamaian.
Kota Marudu
Mei 2019
*Disiarkan oleh Utusan Borneo 2 Jun 2019
132. Ramadan, Perubahan Langit
Seperti datangnya petang,
panas hari masih terkurung
Bau hujan masih belum tercium
Di menara gading
ada pesta kaamatan
Kami bersiap
menunggu Perubahan Langit
Ramadan,
burung burung rohani terbang
Hinggap di menara putih
Tiap sentuhannya
menjadi taman kembang mewangi
Inilah zaman
engkau turun ke lapangan
Kemarau telah berakhir.
Kota Marudu
April 2019
133. Tarawih Ramadan 2019
Samawi telah memberi isyarat
Ramadan turun dengan cahaya
sampai ke daerah-daerah rawan
kota-kota yang hancur dan masih
dalam kemelut perang.
Perjuangan dan pengorbanan
damai sampai jauh ke dalam kalbu
nama-Mu diucap dengan kasih dan cinta
sepanjangan Ramadan al-Mubarak
kuntum-kuntum doa mewangi.
Pandang ke dalam diri dan jiran dekat
langkah dan tindakanmu mukmin mutaki
Indahnya Islam dalam amal
gemilang pada firasat dan rohani
bukankah engkau tak pernah sendiri.
Gema suaramu adalah kedamaian
ibadahmu penuh dengan yakin
ucapanmu bersih dari mengharap
tangan memberi atas dari meminta
jiwamu bersih dan tawajuh.
Malam-malam Ramadan al Mubarak
ketenangan dalam zikir Ilahi
siang mekar dalam lindungan-Nya
ibadah puasa adalah kelazatan rohani.
Kota Marudu
5 Mei 2019
134. Ramadan 2019
Kita semakin hampir memasuki Ramadan. Langit cerah
dalam musim panas khatulistiwa
Atuk dan nenek tua menunggu seperti kedatangan tamu
jauh. Wajah-Wajah penuh dengan kisah sepanjang hayat. Bulan ini, turun dengan
ketenangan dalam mimpi dan kebenaran hakiki.
Engkau menanggalkan baju lesu dan menyangkutnya di
dinding kamarmu. Ranjang tua bau peluh dan sajadah lama yang setia seperti
sahabatmu yang tak dapat dipisahkan. Burung walid masih pulang tiap senja.
Sujudmu dalam duduk dan doa-doa melangkau langit. Siang, lebah yang berkelana.
Ramadan seperti menggumpulkan kami
Hidup tawajuh sepanjang zaman, kepulangan Yang
diberkati. Salam hayat, kandungan kasih.
Kemenangan ini adalah pensucian jiwa dan Iradah-Nya.
Masihkah engkau belum mencium gerak-gerak langit dan
gempa di tanah kalbumu. Panah-panah api yang di lepas sejak silam tidak akan
mengubah takdir dan pengorbananmu. Kita telah memulai langkah ini hingga di
garis penamat.
Ramadan Al Mubarak, anak bulan di penjuru
Kami telah siap, kuda semberani di pelancaran dan
engkau telah mengenakan pelana, inilah zaman kedatanganmu adalah penyempurnaan
dan amanat. Kita dalam zamannya. Damai, damai, damai.
Kota Marudu
4 Mei 2019
135. Catatan Ramadan Al Mubarak
Aidl Fitri
terkabulnya doa
kurnia turun
kita berkumpul.
Seusai solat
kita berdakapan
kasih yang diraih
kemenangan rohani.
Ramadan, membawa harapan
anak bulan menjadi nur samawi
sepanjang zaman
kejuitaan-Mu, abadi.
Kota Marudu
15 Mei 2018
136. Ramadan, Kubawa Pergi
Aku masih melambaimu
Ramadan, berangkat tenang
kalbu yang memelukmu
akhirnya melepaskan dari genggaman.
Dapat dirasakan rindu
yang mengeser tebing kasih
menyerah dengan tawajuh
Ramadan telah genap.
Tiap waktu yang mengalir
aku memandang samawi
terasa makin kecil
senja di horizon.
Ramadan, kubawamu
pada kembara hayat
sepanjang zaman
ruhmu senantiasa hidup.
Kota Marudu
Mei 2018
137. Ramadan, Penyerahan Kasih
Ketika plastik berisi makanan
kau terima sedangkan anak-anak
memandang ghairah kedatangan tamu
syukurmu tak henti terlafaz dari mulutmu.
Di rumah warga tua
salam dilafazkan
ketika kau menjawab
kami serahkan kasih padamu.
Tiap tangan yang menerima
tak berhenti berdoa kebaikan si pemberi
menjelang Aidil Fitri
sepuluh hari terakhir.
Nikmat memberi mengundang harapan
bulan khalis di menara putih
purnama dalam kalbu
kemenangan mengalahkan amarah.
Kota Marudu
11 Jun 2-18
138. Hari-hari Terakhir
Ramadan Al Mubarak
Hari-hari terakhir Ramadan Al Mubarak
kau masih mengharapkan syawal datang
ibu dan anak-anak menunggu siang datang
kalau malam berlalu mimpimu jadi sempurna.
Hari-hari terakhir Ramadan Al Mubarak
di wilayah perang tiada satu hari langit biru
Palestine, kau masih berdarah
raya ini datang dengan kekuatan samawi.
Hari-hari terakhir Ramadan Al Mubarak
kemenangan sepanjang bulan
Jaya Palestine impian kebebasan
hidup dalam impian anak Palestine.
Hari-hari terakhir Ramadan Al Mubarak
tiap keluarga punya cerita
tiap mata ibu Palestine terkandung duka lara
peluru yang menembusi tubuhmu tak terasa.
Kota Marudu
Jun 2018
139. Doa
Malam-malam Ramadan
Doa
malam-malam Ramadan
seperti bintang bertebaran
tiap kelip cahaya
pada dinding kalbu.
Pertarungan mengalahkan
amarah yang menyelinap
di pelosok kalbu
istighafar air mengalir
pengorbanan tak tertunda.
tiap langkah adalah ishla
muzijat, kemenangan
membebaskan diri
dari kanca kemunduran.
Kota Marudu
June 2018
140. Ramadan, Pintu Firasat Terbuka
Dari samawi turun salam
bumi menerimamu sebagai kurnia
tajalli-Mu meresap dalam kalbu
pintu firasat terbuka.
Ramadan Al Mubarak
anak bulan khalis di penjuru langit
bermula satu azam
kemenangan yang akan sempurna
perutusan yang bersambut.
Malam-malam tawajuh
doa-doa mutaki
di sajadah rindu
rahasia nubuwatan
siang yang damai
bagai buku yang terbuka.
Kota Marudu
April 2018
141. Ramadan Turun Menyentuh Kerajaan Hati
Ramadan turun
menyentuh Kerajaan hati
membongkar akar kebohongan
membongkar akar kesombongan
damai seperti air samawi bergenang
dan mengalir menuju kemenangan.
Ramadan turun
malam mekar solat tarawih
malam mekar manis berdoa
seluruh nadi pasrah tawajuh
seluruh minda hanya pada-Mu.
Ramadan turun
meraih Lailatul Qadr
kelazatan amal dan ibadah
kurnia pada golongan akhirin
kurnia bermunasabah
qurub pada-Mu.
Ramadan turun
Ia adalah cahaya
menerangi malam panjang
kembali pada jalan pulang selamat
purnama dalam kalbu
perubahan hakiki
sentuhan pada kerajaan hati
isyarat itu telah sempurna
jaya, jaya kemenangan rohani.
Kota Marudu
Mei 2018
142. Ramadan, Hidup Dalam Kalbu
Ramadan, ia hidup dalam kalbu
kami mencicip air serbat-Mu
melepaskan haus di musim kemarau
musafir yang pulang.
Ramadan, hadirmu kedamaian
kami, pendoa yang tekun
kedatanganmu telah bersambut
seperti air dingin turun dari gunung.
Ramadan, tiap waktu menitis
adalah kurnia dan syukur
kami, beristighafar dan berzikir
lidah dan jiwa tak akan pernah puas.
Ramadan, siapa yang berani
bertindak algojo dan membakar
menguncang tangan dan menuding
kebenaran itu turun dari samawi.
Samawi tak akan terconteng
pelaku cemar yang merosak
hanya ingin menghiris tubuh
berlagak seperti tukang hukum.
Ramadan yang damai
ketenangan padamu
membumikan amarah
melafazkan salam dan salawat.
Kota Marudu
Mei 2018
143. Anak Bulan
Ramadan
Anak bulan mulai berkembang
sehari melangkah dalam orbit-Mu
damai, damai lautan kalbu
damai, damai, mekar siang
gema tilawat sepanjang hari
perlumbaan meraih kemenangan.
Tiap malam dan siang datang
langitmu bersih dan indah
tiada kata bandingan pada Ramadan
inilah kelazatan pendamba-Mu
inilah serbat madu penghilang dahaga
lahir dari cinta hakiki dan tawajuh.
Ramadan, Ramadan Al-Mubarak
Ramadan, Ramadan Al- Mubarak
siapakah yang ingin menodai
siapakah yang ingin derhaka
Ramadan, Ramadan Al-Mubarak
Bulan suci, Bulan suci
Ramadan ada dalam kalbu tiap mukmin.
Mengapa ada yang berani
meniup api kebencian
membuat noda dan kezaliman
Sucilah bulan Ramadan
Sucilah bulan Ramadan
Air samawi turun akan
memadamkan bara-bara durjana.
Damai, damailah Bulan Ramadan
Kedamaian itu bermula dari kalbu
raihlah kemenangan
raihlah kurnia-Nya
syafaat hanya pada
kekasih-Mu, Muhammad
di pelabohan ini kami bukan
penumpang yang tertinggal
salam, salam Ramadan
Ramadan Al-Mubarak.
Kota Marudu
Mei 2018
*****Perjalanan ini, kau telah sampai pada simpang
Ingin berpatah balik atau meneruskan perjalanan
Ketika semangatmu semakin lemah dan tak berdaya
Kau memohon pertolongan dari tangan samawi.
Perjuangan seiringan dengan pengorbanan hidup
Ujian-ujian turun harus kau hadapi dengan jiwa besar
Dengan istiqamah membawamu pada kejayaan
Dan garis kemenangan terakhir di padang terbuka.
Tanpa pertolongan Allah Ta’ala perjuanganmu sia-sia
Dan kau mudah kehilangan arah dan tujuan
Rahsia kejayaan ini adalah pada kenyakinanmu
Yang landasan perjuangan ini ruhnya Allah Ta’ala.
144. Maqbulnya doa
Kau asyik berdoa dan lidahmu melafazkan zikirullah
Kerana kau yakin tiap panggilanmu terjawab
Lambat dan cepat itu tak menghalangmu berdoa
Dalam sujudmu kau makin panjang berdoa .
Kau mengerjakan perintah yang telah diamanatkan
Dan kau tak akan mengundur walaupun selangkah
Tekadmu telah bulat dan kau tak akan berdalih
Mendahulukan kehidupan rohani dari memilih dunia.
Kau tak pernah merisaukan dunia sekalipun kebutuhan
Tak akan pernah habis dan tak pernah cukup
Kepuasan dunia seperti menyerahkan dirimu
Pada ilusi dan bayang-bayang yang terus mengikutimu.
Malam-malam bulan Ramadan Al Mubarak
Berdiri menghadap-Mu, tenggelam dalam zikirullah
Dan memohon keampunan dan kasih-sayang-Nya
Maqbul doa-doa terucap dari jiwa yang saleh.
145. Gema Langit
Kau kini makin mendekati Ramadan Al Mubarak
Tiap tahun kau tunggu dengan sabar bulan suci ini
Ketika kau sendiri di kepulauan Pasifik yang jauh dan
sepi
Atau di tengah hutan belantara yang jauh dari
perabadan.
Kerinduan sebagai seorang mukmin yang menyempurnakan
perintah
Inilah bulan suci kelazatan beramal ibadat dan pintu
samawi terbuka luas
Apa yang kau harapkan dirimu sihat dan siap menjalani
sebulan puasa
Sendiri atau bersama keluarga kau membanyakkan
Zikirullah dalam Ramadan .
Aku memenangkan kalbu ini dengan jiwa Istiqamah dan
Tawajuh
Pasrah di riba-Mu dengan doa-doa air memohon
pengampunan
Ramadan Al Mubarak, bulan yang penuh berkat dan
kurnia-Mu
Bulan pensucian dan pembersihan dari kotoran-kotoran
dosa.
Datanglah Ramadan Al Mubarak, datanglah Ramadan Al
Mubarak
Setiap langkah yang mendekati munculnya anak bulan di
langitmu
Seperti membaharui tekad dan menyudahkannya di garis
terakhir
Perjuangan dan pengorbanan rohani ini hanya ingin
mendapatkan redah-Mu.
146. Tari Angin
Ramadan
Tari angin berputar
gelombang bergulung
mencari arah
pulau-pulau menjauh
mengharapkan pantai
hilang dari pandangan.
Gema suara itu
melantun ke mana-mana
tak menentu
kuda tunggangmu
hilang pada malam itu.
Pintu samawi terbuka
Ramadan Al Mubarak
bunga-bunga rohani
kembang mekar
kalbu tawajuh dan pasrah.
Kota Marudu
Mei 2018
147. Damai, Damai
Damai, damai kalbu tawajuh
Telah datang Ramadan diberkati
Cinta yang bersambut
Hujan semi pelepas dahaga kemarau.
Inilah bulan penuh cahaya samawi
Pintu kemenangan
meredah gelombang amarah
Kelazatan dalam himpunan kata
Pensucian dan air mengalir.
Ramadan, Ramadan hakiki
Tiap kalbu mendambakan
Tilawat pada lidah rindu
Buah-buah yang ranum di pohon.
Kota Marudu
2018
148. Menunggu datangnya Ramadan Al Mubarak
Cinta dan rindu mengalir tenang dan damai
Pintu samawi terbuka luas pada yang ingin meraih
Perubahan diri dan tak akan tersedut pada kegelapan.
Halaman ini luas dan tak ada ranjau tajam melukakan
Kehadiran kalbu yang tawajuh akan memanggil yang lain
Kembali pada jalan lurus yang selamat hingga ke
akhirnya
Lalu kau berdamai dengan dirimu meraih cahaya purnama.
Semua inderamu damai dan tenang dalam pengucapanmu
Terpelihara dari kata-kata dan tindakan yang merugi
Salam, salam lahir dari jiwa kudus dan tawakal
Ketenteramanmu tujuan dari perjuangan ini.
Lidah dan hati telah bersatu dan doa-doa mengalir i
Sedar dan sabar seorang insan yang menemukan damai
Bukannya jauh di cakerawala atau orbit baru
Tapi pada hamparan sajadah dari rukuk dan sujud
149. Tajalli Ilahi
Cahaya bulan purnama penuh di langit malam Tajalli Ilahi
Aku sujud panjang dengan hati tawajuh dalam solat
Tahajud
Rindu dan kasih impian seorang muslim meraih pintu
istighfar-Mu
Nikmat dalam kelembutan ada pada kedamaian dan kasih
sayang.
Tanpa rahmat kurnia-Mu, aku hanya debu bertebaran di
jalanan
Engkau menghulurkan tangan-Mu ketika aku terlantar dan
lemah
Lalu meniupkan semangat pengorbanan dan kekuatan
menolong
Mendahulukan agama mengangkat martabat rohani ke
puncaknya.
Ketika aku merenungkan diri dan pengisian pada
kekurangan
Istiqamah, tawakal, rendah diri, manis wajah, sabar
dan istighfar
Sombong dan takabur mencari laluan dalam kelemahan
dirimu
Menutup pintu rahmat dan kurnia mengheretmu ke lembah
gelap.
Tanda-tanda samawi telah turun membawa khabar gembira
dan
Kemenangan rohani menghalau kegelapan diam-diam
menghendap
Dalam kalbu atau hinggap pada mata telingamu ketika
kau leka
Demi sempurna jiwamu, mula mencipta ishla bermula dari
sepotong hati.
Samawi yang menurunkan air dengan cukup takaran di
musim semi
Melindungi Islam sampai akhir zaman di bawah langit
dan bumi baru
Hanya satu pintu syafaat Muhammad, Rasulullah,
Rahmatul Alamen
Cahaya kebenaran Islam dan janji-janji Allah Ta’ala
pasti sempurna.
Lafazkan Subhan-Allahi wa bihamdihi,
Subhan-Allahil-Azim
Kembali, kembalilah pada Rabb, wahai jiwamu yang
tenteram
Berpegang pada tali Allah, Rahmat pada Ummatan Wahidah
Kerana di situ ada kedamaian abadi, kelembutan dan Nur
Ilahi.
150. Selawat Dan Salam Padamu Ya Rasulullah
Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah Muhammad
Rasulullah, Sallalahu Alahi WasSalam, Wujud Suci,
Junjungan
Hanya dari pintu syafaat Muhammad. Inilah Jalan-Ku
yang lurus
Maka, ikutilah jalan ini supaya kamu bertakwa dan
menyerah diri.
Kami memanjatkan ribuan berkat dan selawat ke
atas Nabi
Nan Suci Muhammad nan terpilih hanya melaluinya kami
Menemukan Tuhan yang Hidup telah memberikan anugerah
Tanda-tanda keberadaan-Nya melalui Firman-Nya.
Muhammad fitrat rohanimu yang suci teladan sempurna
Dalam ketulusan dan keteguhan, menghidupkan kembali
dunia
Perang Badar, doamu sempurna membawa kemenangan Islam
Musuhmu hairan dan takjub melihat mukjizat-mukjizatmu.
Cahaya Muhammad menghalau kegelapan dan syirik
tersembunyi
Kebenaran mengalahkan kebatilan dan kebohongan seteru
kejahatan
Pintu maghfirat-Mu terbuka, kau melafazkan istighfar dan Zikirullah
Di tengah malam tahajud kau menangis, sujudmu panjang
bersyukur.
Di malam-malam keliru dalam mimpi-mimpi buruk dalam
kalbu
Syaitan cuba menjauhkanmu dari kelazatan dan nikmat
berdoa
Perbuatan jahat
arah tujunya kekerasan, maut, kezaliman dan ingkar
Kebenaran Islam
senantiasa mengingatkanmu
keindahan dan damai.
Engkau seutas tali dari dua busur, hidupmu penuh
berkat dan
Sumurmu tak pernah kering langit mencukupkan
takarannya
Yang minum airmu tetap manis dan kau tak akan merasa
puas.
Alaika Salam, Alaika Salam, Alaika Salam, Alaika
Salam.
Diedit 19 Jun 2018
151. Menunggu Kedatanganmu Ramadan
Kita semakin hampir memasuki Ramadan. Langit cerah
dalam musim panas khatulistiwa
Atuk dan nenek tua menunggu seperti kedatangan tamu jauh. Wajah-Wajah penuh dengan kisah sepanjang hayat. Bulan ini, turun dengan ketenangan dalam mimpi dan kebenaran hakiki.
Engkau menanggalkan baju lesu dan menyangkutnya di
dinding kamarmu. Ranjang tua bau peluh dan sajadah lama yang setia seperti
sahabatmu yang tak dapat dipisahkan. Burung walid masih pulang tiap senja.
Sujudmu dalam duduk dan doa-doa melangkau langit. Siang, lebah yang berkelana.
Ramadan seperti menggumpulkan kami
Hidup tawajuh sepanjang zaman, kepulangan Yang
diberkati. Salam hayat, kandungan kasih.
Kemenangan ini adalah pensucian jiwa dan Iradah-Nya.
Masihkah engkau belum mencium gerak-gerak langit dan
gempa di tanah kalbumu. Panah-panah api yang di lepas sejak silam tidak akan
mengubah takdir dan pengorbananmu. Kita telah memulai langkah ini hingga di
garis penamat.
Ramadan Al Mubarak, anak bulan di penjuru
Kami telah siap, kuda semberani di pelancaran dan
engkau telah mengenakan pelana, inilah zaman kedatanganmu adalah penyempurnaan
dan amanat. Kita dalam zamannya. Damai, damai, damai.
Kota Marudu
4 Mei 2019
152. Rindu Ramadan Adalah Perjuangan
Sekali lagi kita menerpa ke depan dari jalan selokan
menuju jalan lurus sampai ke perhentian terakhir
pada kalbumu engkau telah dirikan dinding tembok
kebaikan adalah benteng pertahanan tak akan roboh
setiap helah nafas telah kau persiapkan demi
Ramadan adalah perjuangan menewaskan
nafs-i-amarah.
Engkau telah menghitung hari dengan rasa tawajuh
ruh yang tenang membenamkan ke dasar kemarahan
panas yang bersembunyi di dalam api telah hapus
tahun ini langkahmu hati-hati tiap titian dan jalan
kelikir
ada isyarat pada tiap mata hati yang memandang
mereka yang dalam gerhana melangkah sempadan
bebayang kegelapan yang terus memburumu
jadi kegilaan mereka yang tak berhujung.
Kota Marudu
2019
16 April 2019, 2:02 pm
3 Jun 2019, 3:59
End//….
Comments
Post a Comment